Rabu, 29 September 2010

The Princess and the Pea

The Princess and the Pea
folklore

Once upon a time there was a prince who wanted to marry a princess; but she would have to be a real princess. He travelled all over the world to find one, but nowhere could he get what he wanted. There were princesses enough, but it was difficult to find out whether they were real ones. There was always something about them that was not as it should be. So he came home again and was sad, for he would have liked very much to have a real princess.



One evening a terrible storm came on; there was thunder and lightning, and the rain poured down in torrents. Suddenly a knocking was heard at the city gate, and the old king went to open it.



It was a princess standing out there in front of the gate. But, good gracious! what a sight the rain and the wind had made her look. The water ran down from her hair and clothes; it ran down into the toes of her shoes and out again at the heels. And yet she said that she was a real princess.



Well, we'll soon find that out, thought the old queen. But she said nothing, went into the bed-room, took all the bedding off the bedstead, and laid a pea on the bottom; then she took twenty mattresses and laid them on the pea, and then twenty eider-down beds on top of the mattresses.



On this the princess had to lie all night. In the morning she was asked how she had slept.



"Oh, very badly!" said she. "I have scarcely closed my eyes all night. Heaven only knows what was in the bed, but I was lying on something hard, so that I am black and blue all over my body. It's horrible!"



Now they knew that she was a real princess because she had felt the pea right through the twenty mattresses and the twenty eider-down beds.



Nobody but a real princess could be as sensitive as that.



So the prince took her for his wife, for now he knew that he had a real princess; and the pea was put in the museum, where it may still be seen, if no one has stolen it.

Enjoy my folklore

Selasa, 07 September 2010

Salah Makai Motor

Cerita Lucu Salah Makai Motor Orang

Pagi ini q buru-buru untuk sampai dikampus..,karena sudah janji ngumpul sama teman-teman jam 7.

Karena hari ini ada pameran di Art Center,dan kami ada salah satu peserta untuk mengisi acara tersebut.

Sampai dikampus yang lain sudah pada datang.

Gung : “Mon,kita belum beli air ni buat disana..,”
AQ : “Ya udah beli A*UA gelas aja satu dus..”
Gung : “Tapi lu yang beli yap…”
AQ : “Iya..iya..iya…sini kunci motor lu…masak gue bawa A*ua satu dus..

Tanpa pikir panjang q langsung menuju ke parkiran motor dibelakang kampus. Q ingat ciri-ciri motor nya Si Gung, yaitu peleg bintang warna mas,Mio putih abu tanpa.

Kunci motor di colok kekontak dan distarter….brummm….brummmm..brummm…. Motor pun nyala…langsung q menuju kedepan.

Aq : “Gung, Helm lu baru nih..,Full Face nih..,,(belum selesai Gung jawab guedah nanya lagi) “Tapi ni gimana buka Jok nya nih..,,lu kok taruh jaket dijepit di Jok sih..,”

Gung : “Eh…Mon Ni mah bukan motor q..,motor q tuh didepan…(Gung menunjuk ke depan kampus)

Q melihat ke arah depan dan benar motor Gung yang sering q pakai ada disana motornya sama persis.
AQ : “Lah ni motor sapa nih..,,q kira motor lu.”
Gung : “Mana q tau..hmmm hmmmm..kok kunci nya masuk yap…?? wah berbakat lu jadi Curanmor.”
AQ : “Ah sial lu….,lu kagak ngomong sih taruh motor di depan…q kira motor lu di Parkiran.”

Anak-anak pada ngetawain q. pakai ngakak lagi… q langsung pulangin tu motor dan liat kiri kanan,takut yang punya liat..,kok q bisa bawa motor nya dia..

sungguh memalukan,,,

hehehe..kalo di inget2...

Kamis, 02 September 2010

Kura-Kura Memanjat Pohon




Seekor kura-kura kecil mulai memanjat sebuah pohon dengan perlahan-lahan. Setelah selama berjam-jam mencoba, ia akhirnya sampai ke puncak, kemudian melompat sambil mengepakkan kaki-kakinya. Ia jatuh dengan keras ke tanah. Setelah sadar, ia memanjat lagi, lompat lagi, dan jatuh lagi. Kura-kura itu terus mencoba, sementara sepasang burung di atas pohon mengamati kura-kura itu dengan penuh rasa iba.

Kemudian burung betina berkata kepada suaminya, "Sayang, saya rasa inilah saatnya untuk memberitahu kura-kura kecil kita kalau dia adalah anak adopsi."

hahahaha,,,,,,,

Rabu, 01 September 2010

Cerita Anak Gajah Diet



Cerita Humor Anak Gajah Diet


Terjadi percakapan antara bapak gajah dan anak gajah.

Bapak: "Nak, ibumu sangat cantik. Bapak dulu berusaha dengan susah payah merebut hatinya, karena dia selalu jual mahal.."

Anak: "Aku juga cantik kan, Yah?"

Bapak: "Ya, iya dong, kamu mirip ibumu. Lalu, apa yang akan kamu lakukan gadis kecilku bila kamu sebesar ibumu?"

Anak: "Diet, Yah..."

Bapak: "@#$)#**@#$^.............

Sabtu, 28 Agustus 2010

Cerita Jujur Itu Sebenarnya Tidak Susah

cerita singkat dari saya Jujur itu tidak susah,,,
selamat membaca ya...

Cerita Jujur Itu Sebenarnya Tidak Susah

Beberapa tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang kakek tua. Pada saat itu dia sudah berumur 80 tahun lebih. Pengalamannya sudah sangat banyak. Oleh sebab itu ketika berdekatan dan mengobrol dengannya, dia kurang lebih tahu sifat dan isi hati orang yang berbicara dengannya.

Saya teringat pada suatu hari ketika saya bertamu ke rumah kakek tua ini dan mengobrol dengannya dia berkata kepada saya.

”Engkau adalah seorang yang mempunyai kesusahan hati tidak akan diutarakan kepada orang lain, dengan sudah payah disimpan didalam hati,”katanya.

Pada saat dia berkata demikian kebetulan di depan rumahnya ada yang memasang mercon, mengambil kesempatan ini kakek berkata lagi.

”Yach! Seperti mercon ini setelah meledak tidak ada masalah lagi!”

Perkataannya ini benar-benar mengena dihati saya. Dulu saya memang seorang yang sangat pemalu, tidak berani mengutarakan isi hati, lama kelamaan seperti sampah yang menumpuk makin hari makin banyak, sangat sedih dan mempunyai rasa curiga yang besar, sehingga membuat dada ini terasa sesak, suasana hari selalu kelabu.

Manusia zaman sekarang karena kesibukan, tekanan pekerjaan, persaingan bisnis dan tekanan kehidupan, selalu membandingkan dengan sesama. Ditambah lagi karena orang timur sifatnya lebih tertutup, introvert, sedang gembira atau sedih tidak bisa diutarakan dengan bebas. Oleh sebab itu susah berbicara dengan jujur.

Ada juga yang takut berkata jujur, takut menyakiti orang lain hanya bisa berbicara kata-kata yang enak didengar saja. Oleh sebab itu perkataan orang zaman sekarang banyak batasannya, tidak bisa terbuka dan bersifat jujur, sehingga membuat pertalian antara manusia dengan manusia makin lama makin jauh, rasa curiga dan kesalahpahaman makin lama makin besar.

Jika kita semua dapat dengan jujur mengutarakan isi hati masing-masing, mungkin banyak kesalahpahaman dapat dihindari.

Sebenarnya berkata jujur itu tidak susah. Jika kita lebih banyak memperhatikan anak kecil, akan kita sadari, bahwa berkata jujur itu adalah sifat dasar manusia. Tetapi karena di dalam kehidupan yang kita jalani ini semakin kita dewasa, kita semakin dicemari oleh kebiasaan dan pergaulan dalam kehidupan masyarakat sehingga kita kehilangan sifat dasar yang yang murni dan jujur.

Beberapa tahun yang lalu, teman saya mengajak saya menjumpai seorang biarawan dari Vietnam. Ketika sampai di tempatnya, saya melihat banyak orang yang sedang menunggu untuk disembuhkan penyakitnya. Saya lalu dengan susah payah mencari sebuah tempat duduk dan memperhatikan keadaan sekeliling saya.

Sejenak kemudian, saya melihat biarawan ini mulai merokok. Melihat perbuatannya saya sungguh terkejut. Lalu saya bertanya kepada teman saya, kenapa seorang biarawan merokok?

Teman saya mengatakan bahwa biarawan ini mungkin mengobati orang dengan rokoknya. Setelah mendengar perkataannya hati saya menjadi kacau. Saya merasa orang-orang yang berada ditempat ini sungguh kasihan. Pada saat itu, tiba-tiba seorang gadis kecil terbatuk-batuk menghampiri sambil menepuk-nepuk paha biarawan itu lalu berkata.

”Bau..bau,” kata bocah itu.

Saya sungguh mengagumi gadis cilik ini, hanya dia yang berani berkata jujur.

Anak kecil sangat polos, perkataan mereka sangat terbuka, terkadang bisa mengatakan perkataan yang bisa mendebarkan hati dan bisa menyebabkan orang dewasa menjadi malu dan sadar. Anak kecil tidak bermaksud jahat, mereka hanya mengatakan sejujurnya.

ambil pesan - pesan dari cerita ni ya...

Rabu, 25 Agustus 2010

Cerita seram Lubang Buaya



LUBANG BUAYA

Lokasi: Pondok Gede, Jak-Tim
Fenomena: Arwah korban G.30S dan aura penyiksaan yang masih terasa.
Sejarah: Pada 30 September 1965, ditemukan jenazah 6 brang jenderal
dan seorang letnan TNI dikubur di dalam sumur ini.
Di sebelah sumur tersebut, terdapat ruang yang 7 di dalamnya terisi
patung patung patung replika dan terdengar suara yang menceritakan
penyiksaan terhadap ketujuh pahlawan tadi. Di sebelah ruangan tadi
terdapat dua rumah lengkap dengan perabot asli. Rumah-rumah tadi
disebut
sebagai pos komando dan dapur umum pasukan PKI. Kemudian,
dibangunlah Monumen Pancasila Sakti untuk menghormati jasa ketujuh
pahlawan tadi.
Testimonial: Hartono (4, warga Lubang Buaya, sudah tak asing lagi
dengan cerita penampakan di sekitar lokasi museum dan sumur.
Dia banyak mempunyai teman yang bercerita pernah melihat sosok
kuntilanak bila melewati daerah Lubang Buaya di malam hari. Namun
dia tak pernah
menyaksikan sendiri. Seorang petugas penjaga loket Sumur Maut yang
tidak mau disebutkan namanya mengaku pernah mendengar suara derap
sepatu boots
seperti tentara yang sedang berbaris di suatu malam.

boleh percaya atau gak ya!!!

Kamis, 05 Agustus 2010

Jepit Rambut Emas Penolong



Cerita budi pekerti yang mesti di baca ni,,,

Li Shimian adalah seorang akademisi kerajaan di dinasti Ming. Satu tahun, ia pergi melihat pertunjukan lentera pada malam Festival Lentera (Januari 15) dan menemukan sebuah jepit rambut emas dalam perjalanan.

Keesokan harinya, untuk menemukan pemiliknya ia memasang pengumuman di depan pintu rumahnya.

Tak lama berselang, seorang wanita datang dengan wajah ketakutan.

"Suami saya adalah kepala sipir di kekaisaran dan bertugas di luar negeri sekarang. Saya pergi untuk melihat lentera malam terakhir dan kehilangan jepit rambut emas. Saya memiliki salah satu jepit rambut lainnya yang sama dengan yang hilang sebagai buktinya, " katanya.

Setelah memeriksanya, Li Shimian mengembalikan jepit rambut emas padanya. Ketika suaminya kembali dari luar negeri, ia membawa banyak hadiah untuk mengucapkan terima kasih kepada Li Shimian. Namun Li menolak untuk menerimanya.

"Saya tidak akan memaksa Anda untuk menerima hadiah saya. Tapi ini adalah sepotong obat, disebut Resina Draconis. Saya membawanya dari luar negeri. Ini sulit dicari di dunia ini. Saya harap Anda menyimpannya," kata Sang suami pada Li Shimian.

Tak dapat menolak Li Shimian menyimpannya dan mengucapkan terima kasih.

Beberapa tahun kemudian, Li Shimian ditangkap kaisar, karena mengritik kaisar di istana. Kaisar Renzong marah dan memerintahkan penjaga istana untuk memukulnya dengan bongkahan seberat 9 kg sehingga Li sekarat dan tulang rusuknya juga patah.

Li Shimian lalu dilemparkan ke dalam penjara kerajaan. Pada saat itu, suami dari isteri yang pernah kehilangan jepit emas itu adalah kepala sipir penjara kekaisaran. Ia terkejut melihat Li Shimian dipenjara.

"Bukankah ini Tuan Li? Kaisar tidak memberikan perintah baginya untuk mati di sini," ucap sipir itu.

Oleh karena itulah, ia memanggil tabib secara rahasia. Tabib lalu memeriksanya.

"Dia dapat disembuhkan, tetapi kita memerlukan Resina Draconis sebagai obat, yang sangat sulit untuk mendapatkannya," kata tabib.

"Di rumah Mr. Li ada," kata sipir itu.

Dia kemudian mengirim orang untuk mencari isteri Li dan mendapatkan Resina Draconis. Karena tepat waktu pengobatan, Li Shimian selamat.

Kemudian, ketika kekaisaran dipegang oleh Xuanzong, Li Shimian dibebaskan dan dikembalikan ke jabatan sebelumnya.

Rabu, 19 Mei 2010

Gajah dan Semut adu Kekuatan



Di sebuah padang rumput terdapat seekor gajah, karena tubuhnya yang besar, dia selalu meremehkan/menyakiti binatang-binatang kecil lainnya. Binatang-binatang kecil sangat takut kepadanya, oleh sebab itu gajah menjadi sombong.

Pada suatu hari, sehabis makan karena tidak ada pekerjaan, gajah berjalan-jalan dengan santai di padang rumput. Gajah menundukkan kepalanya berjalan pada saat itu dia melihat ada seekor semut yang sedang sibuk bekerja.

Ketika semut sedang sibuk bekerja tidak hati-hati dia tersandung jatuh oleh sebatang rumput.

“Hai mahluk kecil, sungguh kasihan engkau.” Gajah menghentikan langkahnya dengan tertawa mengejeknya.

Semut kecil mengangkat kepalanya, memandang mahluk yang besar bagaikan gunung ini “Apakah engkau sedang berbicara dengan saya, tuan Gajah?”

“Iya.” Gajah dengan tertawa mengejek melanjutkan berkata :”sejujurnya saya katakan, engkau sungguh sangat mungil, sebatang kecil rumput saja dapat membuatmu jatuh tunggang langgang, ai… sungguh kasihan .”

“Saya memang kecil.” Semut dengan jujur menjawab, “tetapi saya tidak merasa saya perlu dikasihani, setiap barang yang ada didunia ini mempunyai harganya masing-masing, apa yang membuatmu sombong begitu? Apakah engkau sombong karena bentuk tubuh dan kekuatanmu.”

Gajah tertawa dengan terbahak-bahak :”mahluk kecil yang menyedihkan, tahukah engkau? dipadang rumput ini singa yang paling galakpun ketika melihat saya akan menghindar, dengan belalai saya, saya dapat mencabut pohon yang paling besar dengan akar-akarnya, dan itu tidak memerlukan tenaga, apakah engkau bisa melakukannya?”

“Tuan gajah, itu memang saya tidak bisa melakukannya, kami semut sebenarnya memang sangat kecil, seluruh keluarga semut kami berkumpul beratnya tidak bisa dibandingkan dengan satu kakimu yang besar ini, kami tidak bisa seperti kamu mencabut sebatang pohon dengan akar-akarnya juga tidak bisa menakuti seekor singa, tetapi tenaga kami belum tentu lebih kecil daripada tenagamu.”

Gajah dengan sombong tertawa keras –keras :”ha…ha..ha…ini adalah lelucon yang paling lucu yang pernah saya dengar, ha…haa… haa.. semut berani beradu tenaga dengan gajah! --- dengan sebelah kaki saya saja dapat memijak kalian sampai hancur lebur!”

“Tuan, engkau hanya mengandalkan tubuhmu yang besar. Mencabut sebatang pohon besar dapat engkau lakukan hanya dengan belalaimu, tetapi, jika pohon itu sebesar 5 orang baru bisa memeluknya Apakah dengan belalaimu engkau dapat mencabutnya? Dan Jika engkau merasa tenagamu cukup besar, dapatkah engkau menghancurkan titi papan di sungai ini?

Gajah mengangkat kepalanya berpikir tentang pohon besar yang hanya bisa dipeluk oleh 5 orang, dan memandang titi papan di sungai, lalu dia menggeleng kepalanya berkata : ”kalau yang ini, saya tidak bisa melakukannya.”

“Tetapi, kami komunitas semut bersatu dapat membuat pohon besar ini lapuk dan tumbang, dan dapat menghancurkan titi papan disungai juga. Walaupun kami kecil, tidak mempunyai tubuh dan tenaga besar sepertimu, tetapi kami bisa melakukan hal yang tidak bisa engkau lakukan. Jika hendak menghancurkan dunia, tenaga kami sebagai semut lebih besar daripada engkau tuan gajah! Apakah engkau berhak meremehkan mahluk yang lebih kecil daripadamu?”

Gajah yang sombong ini tanpa berkata sepatah katapun membalikkan badan meninggalkan tempat itu.

Mulai saat itu, gajah yang sombong merubah sifatnya yang sombong, tidak meremehkan dan menyakitkan mahluk kecil lagi, tidak menganggap remeh kepada tenaga mahluk yang lebih kecil lagi.

Pada dasarnya, kita hanya memandang bagian luar seseorang yang bertubuh besar, meremehkan orang yang bertubuh lemah, tetapi belum tentu orang yang bertubuh lemah tenaganya kalah dengan orang yang bertubuh besar.

Sabtu, 08 Mei 2010

Bunga Kecil Tegar

Ceita Bunga Kecil Tegar Hidup sendiri

Di pinggiran hutan tampak sekelompok bunga bermekaran indah sekali, mereka dengan riang memanggil para lebah dan kupu-kupu, “Hai lebah! Disini ada bunga yang harum dan penuh madu!”, sahut salah satu bunga. Bunga yang lainnya juga tidak mau kalah, “Hai kupu kupu, cepatlah kemari! Bungaku penuh madu yang manis dan lezat”. Bunga pertama tetap tidak mau mengalah, “Itu adalah Lebah bukan Kupu kupu!”, dibalas temannya, “Bukan, itu adalah Kupu kupu!”, “Lebah!, Kupu kupu ! Lebah! Kupu kupu!, kedua bunga itu berdebat. Bunga bunga yang lain tertawa melihat mereka. Ha ha ha ha ha ha. Suasananya sangat ceria.

Diam-diam, dibawah sebuah pohon besar, Nampak sekuntum bunga kecil menatap dengan iri. Bunga-bunga lainnya mencoba mengajaknya, “Bunga kecil maukah ikut bermain dengan kami?” Si bunga kecil dengan ketus menjawab, “Saya tidak mau ikut!. Bunga-bunga lainnya heran, “Mengapa?” Bunga kecil berkata, “Matahari bersinar terik, saya takut sinarnya akan membakar tubuhku”. “Janganlah takut, lama kelamaan akan terbiasa, matahari akan membuat kita tumbuh kuat dan semakin besar”, rayu bunga-bunga lainnya. Tetapi si bunga kecil tetap bersikeras, “Untuk apa saya menjadi kuat dan besar, bukakah sudah ada pohon besar yang selalu melindungku?!’



Tak berselang lama, ternyata hujan. Rintik-rintik air hujan membasahi para bunga, “Wah, turun hujan, turun hujan!”, terdengar teriakan bunga-bunga. “Waktu mandi telah tiba lagi!”, sahut bunga A. Mereka dengan riang bersenandung, “La la hu, la la hu, assyiikk sungguh enak dan nyaman!”. Bunga kecil melihat mereka sambil bergerutu, “Kalian semuanya basah kuyup, apanya yang asyik!”. Beberapa saat, sang pelangi pun muncul, “Hai kakak Pelangi apa kabar?” sapa para bunga, “Kakak pelangi cantik sekali, berwarna warni!” puji bunga A.

“Dimana? Di mana kakak Pelangi? “ si bunga kecil karena tertutup pohon besar tidak bisa melihat pelangi, “Ah sudahlah, kakak Pelangi pasti tidak akan lebih cantik dariku”. Tiba-tiba bunga B berteriak, “Sssstttt, pelankan sedikit suaramu, ada manusia datang!” Dari kejauhan terlihat dua sosok manusia mendekati mereka, salah seorang membawa kapak besar sambil menunjuk, “Itu pohonnya, apa yang saya katakan tidak salah bukan?” Temannya melihat, “Iya, betul! Itu pohon yang sangat besar, ayo kita tebang pohon itu”.

Terdengar suara hiruk pikuk. “Celaka, celaka mereka mau menebang pohon besar ini!” Sang bunga kecil berteriak, “Hentikan, hentikan, pohon ini punyaku!” Melihat manusia terus menerus mengayunkan kapak ke tubuh pohon besar, bunga kecil sambil menangis sambil terus berteriak dan gemetar. Bunga A berkata, “Adik bunga, manusia tidak mengerti bahasa kita”.

Akhirnya pohon besar telah di tebang, dibawah rintik-rintik hujan, sang bunga kecil terkurai lemas. Para bunga merasa iba, “Adik bunga, ayo bangkitlah! Jangan engkau merasa tak berdaya”, Bunga kecil hanya bisa merintih, “Tidak bisa, saya sudah tidak berdaya, saya hanya menunggu ajal”. Bunga A berkata “Jangan berkata demikian, kami semua akan menemanimu”. Langit bertambah gelap, “Lihatlah ada segerombolan awan hitam, kita semua bersiap-siap, hujan lebat akan segera turun!”, bbrr, hujan lebat turun disertai petir, tapi para bunga telah siap menghadapinya. Bunga kecil dengan suara lemas berkata “Saya sungguh kagum, hujan dan badai pun kalian tidak takut.” Bunga A menjawab, “Ini hal biasa, tidak akan mempersulit kami”. Suara bunga kecil makin melemah, “Maaf, saya mungkin tidak bisa setegar kalian, saya harus berpamitan dulu”. Bunga kecillll!

Ketika siuman, bunga kecil masih ditemani oleh teman-temannya. Bunga A berkata, “Bunga kecil, saya mendadak teringat pengalaman yang sama sepertimu” “Benarkah?”, suara bunga kecil masih terdengar lirih. “Iya, waktu itu tubuh kita semua kecil dan kurus, juga tidak tahu bagaimana bentuk hujan badai dan petir”. Bunga B melanjutkan, “Sehingga sewaktu hujan dan badai kami sangat menderita, tetapi kami selalu bersama dan saling memberi semangat”. Para bunga pun mengenang masa lalu, “Setiap kali badai berlalu, kami mengibaskan air hujan dan perlahan-lahan meluruskan badan lalu menyapa paman matahari”. Dan Paman matahari berkata, “Bunga bunga yang tegar, kalian tampak semakin tinggi aja, ha ha ha ha ha ha “ “Segala rintangan malah membuat diri kami semakin tumbuh kuat dan sehat. Bunga kecil, kamu juga bisa seperti kami, bukankah pohon besar itu pun selalu menyemangatimu”. Bunga A menyelesaikan ceritanya.

Bunga kecil terdiam, teringat akan ucapan sahabatnya si pohon besar, “Kamu harus berani dan tegar, jangan lupa bahwa pohon yang besar itupun berasal dari pohon kecil”. Pelan-pelan, bunga kecil berusaha bangun kembali, “Baiklah, saya sekarang akan bangkit dan menjadi tegar”.

Pagi yang cerah, para lebah dan kupu kupu sedang bekerja. Para bunga pun berteriak, “Hai lebah! Disini ada Bunga yang harum dan penuh madu!” Bunga yang lainnya juga tidak mau kalah, “Hai kupu kupu, cepatlah kemari! Bungaku penuh madu yang manis dan lezat”. “Itu adalah lebah bukan kupu kupu!” dibalas temannya, “Bukan itu adalah kupu kupu!” Si bunga kecil ikut berteriak. Bunga kecil telah tumbuh besar dan kuat. Lebah! Kupu kupu ! Lebah! Kupu kupu! Ha ha ha….. Mereka semua tertawa bersama dibawah sinar hangat paman matahari.

Segala rintangan dan kesulitan yang adik-adik hadapi, akan mengembleng kalian semakin dewasa, kuat dan tabah. Yang penting jangan cepat menyerah. Ayo!

Minggu, 02 Mei 2010

Cerita lucu

Ketahuan Nyontek

Ini terjadi waktu saya masih duduk di kelas dua SMU.Pada hari senin, guru ekonomi mengadakan ulangan mendadak. Seperti biasa semua buku harus dimasukan kedalam tas dan taruh di laci.Pada pertengahan ulangan, saya sudah mentok,gak bisa mikir ataupun ngarang-2 jawaban lagi. Saya tengok kekiri, teman saya sedang asik nyontek dari buku, lalu dengan berbisik saya minta dibagi, dia bilang tunggu yah...Setelah dia selesai nyontek, dia tuliskan contekan itu disehelai kertas kecil kemudian direcek seperti sampah lalu dia melemparkan kearah saya. Namun sangat disayangkan lemparannya kurang kuat jadi gak sampai dibangku saya, saya harus berusaha jongkok untuk mengambil kertas tsb.Tapi karena saya sambil miring-2, kemudian miring lagi akhir saya terjatuh beserta bangku saya "GUBRAK!!!" Kelas yg hening seketika langsung kaget kemudian tertawa terbahak2 melihat saya jatuh untuk mengambil contekan.Otomatis ketahuan sama guru ekonomi, sambil tertawa dia bilang, "kalo mau nyontek jangan sampe ketahuan satu kelas donk!!!"Malu banget!!! mao taruh dmn mukaku,,,,heheheh

Selasa, 27 April 2010

Gadis Penjual Korek Api


Pada sebuah malam menjelang natal. Malam sangat dingin, salju turun dengan deras dan angin berhembus dengan kencang. Ada seorang gadis kecil yang sudah kehilangan mamanya, untuk menghidupi papanya yang sedang sakit, tanpa memperdulikan badai salju berjalan dijalan yang diselimuti salju menjual korek api.

“Korek api, siapa yang mau membeli korek api”

Dia tidak memiliki baju hangat, memakai baju yang sudah kumal dan kepalanya dibungkus sebuah syal yang sudah koyak, diatas kakinya hanya memakai sepasang sandal tua, dia berteriak menjajakan korek apinya dijalan, tetapi tidak seorangpun yang memperdulinya.

Semua orang sedang sibuk mempersiapkan kado natal, dengan gembira dan bersenang-senang, sungguh kasihan gadis malang ini! Dia mempunyai banyak korek api yang disimpan disebuah keranjang dan tangannya memegang beberapa batang korek api.

Hari menjelang siang, dia tidak dapat menjual sebatangpun korek apinya, dalam keadaan lelah dan lapar dia berjalan terus, butiran salju jatuh diatas rambutnya yang berwarna keemasan, sampai didepan sebuah rumah yang mewah dia berhenti dan memandang kedalam rumah, didalam rumah kelihatan pohon natal yang dihias dengan indah, seorang ibu sedang bermain dengan gembira dengan kedua anaknya, kedua anaknya kelihatan sangat bahagia, diatas meja terlihat lilin yang berwarna-warni menyala, ada yang berwarna merah, hijau, putih, ungu, dia paling suka melihat lilin yang berwarna merah, warnanya sangat kontras diatas meja tersebut.

Melihat keadaan itu, dia teringat kepada nenek dan ibunya, mereka berdua sangat menyayanginya, tetapi mereka berdua sudah meninggal, memikirkan kenangan itu gadis kecil ini menangis dengan sedih.

Sambil menangis gadis kecil ini berjalan disebuah jalan yang besar, tiba-tiba sebuah kereta kuda lewat dan hampir melanggar dia.

Kereta kuda melintas dengan cepat, menyemprotkan percikan lumpur kebaju gadis malang ini, sandal gadis ini juga hilang, sehingga dengan kaki telanjang dia berjalan diatas salju dan berteriak :

“Korek api, siapa yang mau beli korek api.”

Senja telah tiba, sepasang kaki gadis kecil ini kedinginan sampai berwarna biru, disepanjang jalan tercium wangian daging panggang.

“Wah, sungguh enak jadi orang kaya, mereka sedang mempersiapkan perayaan natal.” Pikir gadis malang ini.

Dia sudah tidak kuat berjalan, badannya yang lelah menyandar dinding disebuah pertokoan, dia tidak berani pulang kerumah karena sebatangpun korek api belum terjual, dirumah juga sangat dingin, karena dari segala arah angin dapat memasuki rumahnya yang sudah reyot.

Dia kedinginan sampai tubuhnya gemetar terus, dia sangat ingin menghangatkan tubuhnya walaupun hanya sebentar dengan sebatang korek api.

Tangannya yang kecil sudah hampir membeku. Sungguh sangat dingin, dia memutuskan untuk menyalakan sebatang korek api menghangatkan tangannya yang sedang membeku.

“Sesst “ korek api menyala, dia merasakan sebuah kehangatan menyelimutinya, nyala korek api menyilaukan, sambil melamun dia membayangkan dirinya duduk didekat sebuah tungku api, nyala api terlihat sangat cantik, terasa hangat, dia bermaksud menjulurkan kedua kakinya dekat ke nyala api, tetapi nyala tersebut dengan cepat sudah padam, tungku api hilang dari pandangannya. Dia terbangun dari lamunanya, dan melihat hanya bekas sebatang korek api yang sudah habis terbakar ditangannya.

Dia lalu menyalakan sebatang lagi, korek api menyala, mengeluarkan cahaya terang,

Nyala korek api yang memantul didinding, bagaikan ilusi dia melihat sebuah kamar didalam kamar terlihat sebuah meja makan diatas meja makan terhidang biscuit yang lezat dan daging panggang yang harum, keadaan ini sangat menarik, dia melihat daging panggang ini melompat dari piring dan berjalan menuju kearah gadis malang ini. Dia menjulurkan tangannya, korek api segera redup, tangannya hanya teraba dinding yang dingin.

Dia menyalakan sebatang lagi korek api, nyala korek api berubah menjadi sekuntum cahaya yang berwarna merah jambu.

Dia merasa dirinya duduk dibawah sebuah pohon natal besar yang cantik, lebih cantik dari pohon natal yang dilihat tadi siang, Diatas dahannya terdapat ribuan batang lilin kecil yang cantik sedang menyala. Gadis malang ini menjulurkan tangannya, korek api padam lagi. Ribuan batang lilin berubah menjadi bintang-bintang kecil yang terang dilangit. Diantara bintang-bintang itu sebuah bintang jatuh ke bumi berubah menjadi sebuah cahaya yang memanjang.

Dia menyalakan sebatang lagi korek api.

Gadis Penjual Korek Api
Ah, di nyala api dia melihat nenek yang dirindukan setiap hari, dia melompat ke pelukan neneknya.

“Nenek !” teriak gadis kecil ini, “tolong bawa saya pergi nenek! Ke tempat yang tidak dingin, dan banyak makanan. Saya tahu begitu korek api ini padam, engkau sudah tidak kelihatan, seperti tungku api itu, daging panggang yang wangi dan pohon natal yang indah, saya akan kehilangan semuanya.”

Akhirnya, gadis malang ini menyalakan semua korek api yang tersisa, karena dia sangat ingin menahan neneknya disini terus.

Nyala korek api semakin terang, bagaikan disiang hari, dia melihat neneknya dengan penuh kasih sayang mengangkat dia kepelukannya, mereka berdua terbang makin lama makin tinggi, terbang kesebuah tempat yang hangat dan tidak akan merasa kelaparan lagi.

Pada keesokan harinya natal telah tiba, orang-orang disekitar pertokoan melihat gadis malang ini sedang menyandar di dinding, dengan wajah kemerahan dan senyuman terlihat sangat bahagia , tetapi dia sudah meninggal, meninggal dimalam menjelang natal, ditangannya masih tergenggam korek api yang terbakar.

Nah, adik-adik sekalian, jangan sedih walaupun gadis malang ini sudah meninggal, tetapi Tuhan sudah menjemputnya kesebuah tempat yang tidak akan kedinginan dan kelaparan dan dia akan berbahagia selamanya ditempat itu bersama nenek dan ibunya.

cerita pendek ini wajib di ceritakan kepada anak.