Rabu, 23 Desember 2009

Si Pelit

Aesop (diucapkan Æsop, dari bahasa Yunani Αá¼´σωπος—Aisōpos) dikenal karena cerita-cerita fabel yang dianggap berasal dari dia. Berbagai macam kumpulan fabel dari Aesop masih diajarkan sebagai pendidikan moral dan digunakan sebagai subyek dari berbagai macam hiburan, khususnya dalam drama anak-anak dan kartun.

Umumnya yang kita kenal sebagai Aesop fabel adalah kumpulan cerita dari berbagai macam sumber yang berasal dari pengarang yang hidup sebelum Aesop ada.

Aesop sendiri dikatakan mengarang banyak cerita fabel yang kemudian diceritakan turun-temurun dari mulut ke mulut. Socrates (salah satu pemikir di jaman kuno) diperkirakan menghabiskan waktunya saat di penjara dengan mengubah Aesop fabel ke dalam bentuk sajak. Banyak filsuf dan pemikir-pemikir di jaman setelah Aesop menyatukan kembali kumpulan cerita tersebut di tahun 300 sebelum masehi, yang kemudian di terjemahkan ulang ke bahasa latin sekitar tahun 25 sebelum masehi oleh filsuf lain. Cerita fabel dari kedua koleksi kemudian disatukan adn diterjemahkan ulang ke bahasa Yunani kembali sekitar tahun 230 setelah masehi, dengan beberapa tambahan cerita fabel yang dimasukkan dan kemudian di terjemahkan lagi ke bahasa Arab dan bahasa lain. Kumpulan cerita tersebut selanjutnya diperkaya dengan cerita-cerita tambahan dari kebudayaaan Arab dan lainnya.

Kehidupan Aesop sendiri kurang jelas. Dia diperkirakan hidup sebagai budak (pelayan) di Samos sekitar tahun 550 SM, dan asal tempat kelahirannya pun tidak jelas, walaupun banyak negara sekarang yang mengaku bahwa Aesop lahir di negara tersebut.

Sabtu, 05 Desember 2009

Jangan Putus Ditengah Jalan

Pada periode Warring, di negara bagian Wei, hiduplah seorang pemuda bernama Leyangtsi. Ia memiliki istri yang sangat baik dan berbudi luhur, yang sangat ia cintai.

Suatu hari, Leyang menemukan uang emas dalam perjalanan pulangnya, dan ia sangat gembira berlari pulang secepat mungkin dan memberikan uang itu kepada istrinya.

Anehnya, istrinya tidak mau menerimanya dan berkata dengan lembut, “Suamiku, seorang lelaki sejati tidak pernah minum air curian. Mengapa kamu membawa pulang emas yang bukan milik kita? Pasti sang pemilik sedang kebingungan mencari-cari barang ini di tempat yang tadi ia lewati." Leyang tersentuh akan kata-kata istrinya, dan ia mengembalikan uang emas itu ke tempat tadi ditemukan.

Setahun kemudian, Leyang menempuh studi lebih lanjut ke luar daerah, sehingga istrinya tinggal sendiri di rumahnya di desa. Di tengah-tengah masa studinya, Leyang merasa sangat rindu ingin bertemu sang istri, dan ia pulang ke rumah. Istrinya sedang menenun kain di kamar dan merasa kaget saat mengetahui suaminya pulang, bertanya mengapa ia kembali begitu cepat. Suaminya menjelaskan alasannya. Istrinya menjadi marah dan mengambil gunting, diguntingnya putus setengah dari kain tenunannya yang sudah susah payah dibuatnya tadi, membuat suaminya bingung. Istrinya berkata, “Bila sesuatu dihentikan di tengah jalan, bagaikan menggunting kain yang sedang ditenun. Kain hanya dapat berguna saat ia selesai ditenun. Namun kini ia tak berharga, sama seperti sekolahmu.”

Leyang sangat tersentuh akan nasihat istrinya. Ia segera kembali melanjutkan studinya, dan tidak pulang sampai ia lulus dan mendapat pekerjaan yang baik. Kisah ini sering diceritakan di kalangan rakyat Tiongkok agar anak-cucu memiliki semangat memperjuangkan cita-cita.

selamat bercerita ya!!!!!