Tampilkan postingan dengan label cerita dongeng. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita dongeng. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 Desember 2009

Jangan Putus Ditengah Jalan

Pada periode Warring, di negara bagian Wei, hiduplah seorang pemuda bernama Leyangtsi. Ia memiliki istri yang sangat baik dan berbudi luhur, yang sangat ia cintai.

Suatu hari, Leyang menemukan uang emas dalam perjalanan pulangnya, dan ia sangat gembira berlari pulang secepat mungkin dan memberikan uang itu kepada istrinya.

Anehnya, istrinya tidak mau menerimanya dan berkata dengan lembut, “Suamiku, seorang lelaki sejati tidak pernah minum air curian. Mengapa kamu membawa pulang emas yang bukan milik kita? Pasti sang pemilik sedang kebingungan mencari-cari barang ini di tempat yang tadi ia lewati." Leyang tersentuh akan kata-kata istrinya, dan ia mengembalikan uang emas itu ke tempat tadi ditemukan.

Setahun kemudian, Leyang menempuh studi lebih lanjut ke luar daerah, sehingga istrinya tinggal sendiri di rumahnya di desa. Di tengah-tengah masa studinya, Leyang merasa sangat rindu ingin bertemu sang istri, dan ia pulang ke rumah. Istrinya sedang menenun kain di kamar dan merasa kaget saat mengetahui suaminya pulang, bertanya mengapa ia kembali begitu cepat. Suaminya menjelaskan alasannya. Istrinya menjadi marah dan mengambil gunting, diguntingnya putus setengah dari kain tenunannya yang sudah susah payah dibuatnya tadi, membuat suaminya bingung. Istrinya berkata, “Bila sesuatu dihentikan di tengah jalan, bagaikan menggunting kain yang sedang ditenun. Kain hanya dapat berguna saat ia selesai ditenun. Namun kini ia tak berharga, sama seperti sekolahmu.”

Leyang sangat tersentuh akan nasihat istrinya. Ia segera kembali melanjutkan studinya, dan tidak pulang sampai ia lulus dan mendapat pekerjaan yang baik. Kisah ini sering diceritakan di kalangan rakyat Tiongkok agar anak-cucu memiliki semangat memperjuangkan cita-cita.

selamat bercerita ya!!!!!

Senin, 05 Oktober 2009

Delapan Dewa : Si Tongkat Besi

Ada delapan dewa yang cukup dikenal oleh masyarakat China, dan menjadi legenda dari masa ke masa. Salah satu diantaranya adalah Li Tieh Kuai (si Tongkat Besi).

Dongeng mengenai si Tongkat Besi ini banyak sekali. Ada yang mengatakan bahwa dewi Xiwangmu-lah yang menjelmakannya menjadi dewa tersebut dan dikukuhkannya sebagai pendiri agama di Donghua, lalu menghadiahi sebuah tongkat besi padanya. Versi lain mengatakan bahwa dia bernama asli Hungshui yang sering mengemis di kota, dan dihina orang, kemudian dia melempar ke udara tongkat besinya yang kemudian menjadi seekor naga terbang, dia menunggangi naganya pergi ke langit kemudian berubah menjadi dewa. Sedangkan satu versi lain mengatakan bahwa Lixuan bertemu dengan Taisang Laojun dan mendapat ajaran Dao (Tao). Cerita berikut ini adalah mengenai kisah si Tongkat Besi bertemu dengan Taisang Laojun.

Si Tongkat Besi bukanlah manusia biasa, dia berbakat dan terpelajar, berperawakan kekar, memiliki wajah tampan dan rupawan serta sopan; berperangai riang, serta menguasai ilmu tentang misteri alam semesta. Sejak muda tidak suka akan hal dan urusan duniawi, tapi mengagumi prinsip ilmu gaib dan ajaran Tao. Dia berpendapat bahwa langit dan bumi tidak nyata, hidup manusia adalah ilusi belaka. Hasrat dan keinginan serta nafsu duniawi, semuanya bagai kapak yang tajam. Baik prestasi, kekayaan, pangkat serta kedudukan tinggi itu semua adalah racun anggur yang memikat hati manusia. Walaupun agung bagaikan putra kayangan sekalipun serta kekayaannya terdapat di mana-mana, namun semua itu hanyalah awan yang melayang. Lagi pula semua itu berasal dari tiada, sehingga yang datang pun pasti akan kembali ke asalnya yang tiada, ini adalah hukum alam yang tidak berubah.

Sesungguhnya kehidupan manusia itu mempunyai lingkungan kesenangan tersendiri, buat apa harus tenggelam dalam hubungan perasaan dan menyia-nyiakan waktu. Oleh karena itu dia bertekad berkultivasi sejati. Maka berpamitlah ia kepada teman dan sanak keluarganya, pergi mencari sebuah lembah indah yang sunyi dan sepi. Disusunnya bebatuan menjadi sebuah pintu, menganyam alang-alang menjadi tikar. Menjernihkan jiwa dan membersihkan hati, bertaubat dan berlatih raga berkultivasi jiwa, lupa akan makan dan tidur, beberapa tahun pun berlalu.

Pada suatu hari, teringat olehnya bahwa nama Taisang Laojun dan ajaran Tao-nya yang tersohor dan dikenal di mana-mana itu tinggal di gunung Huasan, kenapa tidak berguru padanya? Oleh karena itu berangkatlah ia siang dan malam, menahan lapar dan haus menempuh perjalanan yang sulit, akhirnya tibalah ia digunung Huasan, dan berguru pada Taisang Laojun. Dengan ajaran intisari dan filosofi Tao yang diberikan oleh Laojun, terbukalah batin si Tongkat Besi dan sirnalah segala hal kerikatan duniawi di benaknya. Setelah meninggalkan gunung Huasan, maka si Tongkat Besi pun semakin tebal ajaran filsafat serta kokoh ilmunya.

Suatu hari, datanglah Taisang Laojun menunggang seekor bangau, mengajaknya pergi berjalan-jalan ke daerah kayangan barat selama sepuluh hari. Sepuluh hari kemudian, si Tongkat Besi berpesan kepada muridnya yang bernama Yangzi: "Roh saya akan meninggalkan tubuhku untuk pergi ke gunung Huasan sesuai dengan janji pada Taisang Laojun dan jasadku akan tinggal di sini, jika dalam waktu tujuh hari, roh saya tidak kembali ke tubuhku maka kamu boleh mengremasi tubuhku. Namun dalam tujuh hari ini, kau harus menjaganya baik-baik, jangan sampai melukainya, dan jangan sekali-sekali mengingkari kata-kataku ini". Setelah selesai berpesan, si Tongkat Besi pun duduk bermeditasi, dan rohnya meninggalkan jasadnya, untuk pergi ke dunia lain bersama Taisang Laojun.

Sang murid Yangzi yang mendapat tugas untuk menjaga jasad gurunya itu menjalankan amanat sang guru dengan baik, siang dan malam tidak melalaikannya. Sampai hari keenam, tiba-tiba datanglah seorang keluarganya dengan cepat menghampiri dan berkata dengan gugup: "Ibu sakit sangat gawat, hampir hilang kesadarannya dan hanya menunuggu dan ingin melihat kamu seorang, tolonglah cepat pulang". Yangzi menangis tersedu-sedu dan berkata: "Ibu dalam kondisi kritis, namun roh guru pun belum kunjung tiba, seandainya saya pergi meninggalkannya, siapa yang akan menjaga jasadnya nanti."

Keluarganya berkata: "Jika manusia sudah mati, maka tidak akan hidup kembali, apalagi sudah enam hari lamanya, organ tubuhnya seperti paru-paru dan hatinya pasti sudah busuk, bagaimana bisa hidup lagi, sungguh sangat bodoh kamu! Saya berpendapat bahwa gurumu pergi enam hari dan belum kembali, dia sudah berdosa karena mengingkari janjinya. Jika orang tuamu meninggal dan melayat pun kamu tidak keburu, itu akan menjadi penyesalan seumur hidup. Lebih baik segera kau perabukan jasadnya dan pulang untuk merawat ibu di rumah." Selesai mendengar, hati Yangzi pun ragu. Tapi keadaan memerlukan keputusan tegas, tidak bisa ragu-ragu lagi, turuti saja kata-kata anggota keluarganya.

Lalu Yangzi menyiapkan kayu bakar dan meletakkan jasad guru di atasnya, mempersiapkan sesaji dan kuplet duka cita, menangis sembari menyembahyangi roh gurunya itu. Dalam kuplet duka cita itu tertulis: Ibu dalam kondisi sakit parah, namun roh guru pun belum kunjung datang jua, kata-kata guru wajib untuk dilaksanakan, namun keselamatan nyawa ibu juga menjadi pertimbangan. Melepaskan ikan untuk mendapatkan telapak beruang yang mahal, sulit untuk memilih salah satu di antaranya, hanya bisa berpamitan pada roh dalam linangan air mata, selamat tinggal gunung Huasan yang tercinta. Setelah selesai berdoa dan sembahyang, maka dinyalakan api yang berkobar-kobar membakar kayu, sekejap saja jasad pun menjadi abu. Yangzi menengadah ke langit dan menangis dengan tersedu-sedu, lalu pulanglah ia menuju ke rumahnya untuk melaksanakan tugasnya sebagai anak yang berbakti. Sesampainya di rumah, ibunya telah meninggal dunia.

Di sisi lain, arwah si Tongkat Besi yang sedang bertamasya menuju ke gunung Huasan, mengikuti Taisang Laojun ke berbagai kawasan di kayangan, melewati Penglai dan Fangzhang serta tiga puluh enam gua. Dalam wisata beberapa harinya itu, banyak sekali ia mendapat ilmu dari Laojun, dan akhirnya sampailah tujuh hari seperti rencana semula, lalu ia berpamitan kepada Laojun, namun Laojun hanya tersenyum tanpa kata, kemudian membuat sebuah mazmur Buddha serta mendorongnya agar segera pulang ke jasadnya. Mazmur (catatan) itu berbunyi: "Menebah padi tidak menebah gandum, kereta berjalan ringan menelusuri jalan yang hafal; Jikalau ingin mendapat jasad kembali, harus mencari wajah yang baru."

Si Tongkat Besi pulang persis di hari ketujuh dan sesampainya di pondok rumahnya, dicarilah tubuh yang dulu dia tinggalkan, namun tidak ditemukannya, bahkan sang murid Yangzi pun sudah tidak kelihatan. Yang tampak hanyalah bekas tumpukan kayu bakar, hawa yang hangat dari sisa pembakaran itu masih mengepul, sekelilingnya sunyi senyap, saat itu baru disadari apa yang telah terjadi dengan jasadnya itu, segalanya sudah terlambat dan hanya umpatan yang bisa dilontarkan kepada murid yang mengingkari janjinya.

Maka arwah si Tongkat Besi pun bergentayangan, hanya bisa menangis siang dan malam. Suatu hari, ia melihat seseorang yang mati kelaparan, tergeletak di sisi bukit, saat itulah secara tiba-tiba teringat kembali olehnya akan mazmur Laojun sebelum berpisah dengannya: "Kalau ingin mendapatkan jasad kembali, harus mencari wajah yang baru". Eh, siapa tahu mayat yang mati kelaparan itu justru sandaran yang ia tunggu-tunggu. Kalau memang demikian, buat apa menyalahkan orang lain? Apalagi arwahnya gentayangan dan tak mempunyai sandaran hidup, mana punya waktu lama-lama untuk pilih-pilih lagi?

Singkat cerita, si Tongkat Besi pun masuk ke dalam jasad mayat itu yang masih segar, lalu berdiri. Mayat kelaparan itu berwajah dekil dan rambut kusut, telanjang dada, dia berjalan timpang dan bertongkat bambu. Jadi tampangnya yang buruk rupa dan pincang yang dilihat oleh generasi berikutnya, adalah wujud yang berasal dari tubuh mayat kelaparan itu, bukanlah wujud dari badannya yang asli. Setelah masuk ke dalam jasad itu, maka ia dapat kembali lagi memiliki kemampuan supernormal untuk melakukan berbagai hal. Disemburkan air ke tongkat bambu yang ada di tangannya dan jadilah sebuah tongkat besi lagi.

Jumat, 24 Juli 2009

Arti dan sejarah Cinta

Arti cinta, Kadang - kadang juga cinta itu ada artinya, biasa juga tidak ada artinya,,, tp kita tdak bisa hidup tanpa cinta rasanya hambar,, seperti makan dgn makan sayur tanpa garam gak enak,,,

Cinta-Arti dan sejarah Cinta

Cerita cinta mau sharing dikit nih dengan teman-teman cerita cinta semua. Saya yakin banyak yang sudah mengetahui arti dari cinta, dan makna dari beberapa huruf yang dirangkai menjadi sebuah kata, yaitu "cinta". Sebelumnya saya sudah pernah menuliskan tentang arti cinta dan makna dari cinta.
Di sana saya menuliskan bahwa arti cinta itu adalah blalaalalla...dan blaalalaa. Dan saya yakin setiap orang mempunyai pendapat lain tentang cinta, bener ga?. Sekarang coba kamu pikirkan dalam hati kamu apa sebenarnya arti dari cinta. Pasti banyak kata-kata yang keluar dari pikiran kamu tadi. Salah satu contohnya "cinta adalah suatu yang tidak bisa dilihat tapi tak bisa dirasakan. Tapi tahukah kamu sejarah cinta itu? (ini bukan lirik lagunya mbah surip loh wkeekekek). Nah kalau yang ini saya yakin banyak yang kurang tahu..

Awal mula cinta ada

Pendapat boleh berbeda-beda loh. Menurut saya, cinta itu ada ketika diciptakannya suatu perbedaan, suatu lawan, suatu yang berlainan tapi saling melengkapi. Ketika itu mata melihat dan hati merasakan. Jauh beberapa ribu atau jutaan tahun yang lalu seorang manusia diciptakan
ke bumi, semua kekayaan, kesenangan, dan kekuatan dimilikinya. Tapi ia tetap merasa sepi dan sunyi. Hingga pemilik alam ini mencipkatan suatu yang beda dari dirinya, suatu yang membuatnya lemah. Itulah seorang yang disebut hawa (Hawa berarti kemauan dan keingingan).

Dua manusia ini saling menghargai walaupun mereka berbeda, saling menyayangi walaupun mereka tak sama. Saya yakin kalian sudah tahu dengan dua manusia ini, ya mereka adalah adam dan hawa. Kenapa saya berani mengatakan bahwa cinta itu berasal dari kisah di atas?, padahal mereka tidak mengerti tentang cinta!. Karena cinta itu tak perlu diartikan dan kita tak perlu mengerti untuk bisa merasakan cinta, dan cinta itu tak perlu dipaksakan karena akan datang dengan sendirinya.

Nah sebagai cucu dari Adam dan Hawa seharusnya kita menjaga tradisi tersebut. Jangan pernah lemah terhadap cinta apalagi memaksakannya. Lebih baik kita menjalankannya dengan penuh keiklasan, dan cinta itu akan berjalan lebih baik dan akan menemukan yang sebenarnya.
Knpa ya Selalu cinta, cinta, cinta dan cinta didunia ini,,, Kita juga gak bisa hidup tanpa cinta.

Senin, 13 Juli 2009

Cerpen Tempat Air Suci yang Angkuh

cergam, cerita anak, cerita cinta, cerita dongeng, cerita misteri, cerita pendek, cerpen, keindahan bali


Cerpen Tempat Air Suci yang Angkuh

Zaman dahulu kala, ada sebuah vas di surga. Dewi Kuwan Im menggunakan vas tersebut untuk menaruh air suci pengobat segala penyakit dan ranting daun. Vas itu telah bersama Dewi Kwan Im di surga selama ribuan tahun dan berpikir bahwa ia sangatlah berarti bagi Sang Dewi. Suatu hari, Dewi Kwan Im berkata kepadanya, "Kamu telah menjadi kotor dan tidak bisa lagi tinggal di sini. Kamu harus turun ke bawah sesuai tingkatanmu sekarang." Vas itu berkata dengan cemas, "Dewi Kwan Im, saya tidak kotor! Saya bersih dan berkilau seperti dulu saya diciptakan. Saya tidak tercemar ataupun tergores!" Dewi Kwan Im menjelaskan dengan sabar, "Ya, penampilan kamu masih secantik dahulu, tapi pikiran dan sifatmu sudah menjadi buruk. Kamu tidak lagi sesuai dengan kriteria di alam ini!' Vas itu mulai memohon, "Dewi Kwan Im, saya telah bersama Anda selama bertahun-tahun, bisakah Anda membuat pengecualian untuk saya?" Dewi Kwan Im tersenyum dan berkata, "Membandingkanmu dengan kamu yang dulu, sungguh berbeda jauh." Vas angkuh itu menjadi kecewa dan berkata, "Bila saya tidak lagi diterima disini, saya lebih baik turun ke dunia manusia dan mencari orang yang bisa menghargai saya." Kemudian ia turun ke dunia manusia.

Begitu ia turun ke dunia manusia, ia berada di suatu rumah mewah. Ia sangat senang dengan rumah barunya. Melihat sekeliling ruangan, vas itu dipajang dengan vas-vas antik lainnya dari berbagai dinasti Tiongkok kuno dalam sebuah lemari kaca. Vas itu kemudian berpikir, "Saya adalah vas khayangan dari surga, vas-vas lainnya disini tidak sebanding dengan saya!" Pada kenyataannya, sang pemilik juga memperlakukan vas tersebut dengan istimewa, dia membersihkan vas itu dengan cairan khusus yang membuatnya tambah kinclong setiap hari. Vas itu sangat senang diperlakukan demikian dan berpikir bahwa adalah suatu keputusan yang tepat untuk datang ke dunia manusia.

Suatu hari seorang gembel datang mengunjungi rumah tersebut. Namun anehnya pemilik rumah bersikap sopan kepadanya. Dia menjamu tamu tersebut dengan makan malam yang mewah. Vas itu dalam hati berkata, "Kenapa tuan saya menjamu orang miskin itu bagaikan orang terhormat?" Setelah mereka selesai makan malam, orang kaya itu menunjukkan vas itu dan berkata, "Tuan Zhang, lihatlah harta karun yang baru saja saya miliki ini, sangat berharga bukan?" Lalu ia berkata, "Sebagai tanda terima kasih karena Anda telah menyelamatkan saya dari bahaya tenggelam waktu itu, maka saya ingin memberikan vas ini kepada Anda. Tanpa pertolongan Anda, pasti saya sudah tewas." Lalu ia memberikan vas itu kepada tamunya itu.

Merasa heran dan takut, vas itu mulai marah kepada orang kaya tersebut dan mengutuk didalam hati: "Jadi saya tidak ada artinya bagi kamu selain hanya dijadikan sebagai hadiah bagi seorang gembel.” Vas itu mencium bau busuk ikan dari gembel tersebut, dan kepingin muntah kalau saja dia bisa. Meskipun gembel tersebut menolak hadiah itu, namun orang kaya itu memaksanya. Ia berkata, "Bila Anda menolak pemberian tulus saya ini, saya akan memecahkan vas mahal ini sekarang!" Tamu itu tidak punya pilihan lain selain mengambil vas tersebut dan kemudian pamit pulang.

Kini vas itu menjadi milik gembel tesebut, dibawa pulang ke sebuah gubuk kotor dengan bau amis ikan. Vas itu hampir tidak percaya kini ia harus hidup di gubuk seorang nelayan miskin. Begitu nelayan itu masuk kedalam rumah, ia berteriak kepada istrinya, "Sayang, saya membawa pulang sebuah vas, tolong isi dengan arak dan besok akan saya bawa saat mencari ikan." Lalu seorang wanita keluar dari dapur dan mengambil vas itu. Dipegang dalam genggaman tangan wanita itu yang kasar, vas itu merasa tidak nyaman. Kemudian, ia diisi dengan arak murahan. Vas itu merasa sakit hati. Dulu ia diisi oleh air suci Dewi Kwan Im, sekarang ia diisi oleh arak murahan di dunia manusia!

Setelah beberapa lama waktu, vas itu terlihat baret, berminyak dan kotor. Sekian lama tinggal di dunia manusia, ia terbiasa dengan bau arak murahan dan melihat orang-orang di dunia manusia ini suka meminumnya. Saat araknya habis, ia merasa sedih dan rindu aromanya. Pada suatu hari yang berangin kencang, nelayan itu membawanya lagi saat mencari ikan. Ombak besar menghantam perahu dan vas itu jatuh ke laut. Tutupnya lepas dan araknya tumpah keluar. Air laut yang asin dan kotor kini masuk kedalam vas tersebut, membuatnya merasa jijik.

Saat terombang-ambing di lautan beberapa lama, vas itu teringat kepada Dewi Kwan Im. Ia mulai menimpakan segala kemalangannya kepada Dewi Kwan Im, dan mulai membencinya. Setiap kali ia mulai timbul rasa benci, ombak menghantamkan tubuhnya ke batu karang, menyebabkan beberapa bagian vas itu pecah. Kemudian ia juga mulai berpikiran buruk kepada orang kaya pemilik rumah mewah dan juga sang nelayan, membenci semuanya, tubuhnya semakin hancur diterjang ombak dan batu karang, dan akhirnya tenggelam ke dasar laut dan perlahan-lahan terkubur oleh pasir pantai. Ia tak lagi dapat melihat cahaya, semuanya gelap dan tak ada suara. Seolah-olah bahkan waktu pun telah berhenti. Ia merasa takut dan tak berdaya. Ia ingin keluar dan bebas, namun tidak bisa.

Dikelilingi oleh kesunyian abadi dan ditutup oleh lapisan tebal pasir di dasar laut yang dalam, vas itu mulai merindukan hari-hari dimana ia duduk disamping Dewi Kwan Im di surga. Begitu ia rindunya pada suasana dahulu, ia mulai lagi timbul kebencian kepada Dewi Kwan Im, pemilik rumah mewah dan nelayan itu. Lama kelamaan ia merasa bahwa ia kehilangan akalnya, dan pada akhirnya ia benar-benar kehilangan kemampuannya untuk berpikir. Yang tersisa adalah keping-kepingan vas kotor yang terkubur di dasar laut dalam.

Jumat, 19 Juni 2009

Anak Kambing dan Srigala



cerita dongeng, cerita anak - anak, cerita budi pekerti


Seekor anak kambing yang sangat lincah telah ditinggalkan oleh penggembalanya di atas atap jerami kandang untuk menghindari anak kambing itu dari bahaya. Anak kambing itu mencari rumput di pinggir atap, dan saat itu dia melihat seekor serigala dan memandang serigala itu dengan raut muka yang penuh dengan ejekan dan dengan perasaan yang penuh kemenangan, dia mulai mengejek serigala tersebut, walaupun pada saat itu dia tidak ingin mengejek sang Serigala, tetapi karena dia merasa serigala tersebut tidak akan dapat naik ke atas atap dan menangkapnya, timbullah keberaniannya untuk mengejek.

Serigala itupun menatap anak kambing itu dari bawah, "Saya mendengarmu," kata sang Serigala, "dan saya tidak mendendam pada apa yang kamu katakan atau kamu lakukan ketika kamu diatas sana, karena itu adalah atap yang berbicara dan bukan kamu."

Jangan kamu berkata sesuatu yang tidak kamu ingin katakan terus menerus