Kumpulan dari cerita - cerita yang menarik sperti cerita cinta, cerpen, cergam, dan lain - lainya
Minggu, 09 Agustus 2009
Ingin???
Kejadian ini bermula ketika secara tak sengaja aku berpapasan dengan tukang Mie Ayam keliling yang biasa beredar di depan rumah. Siang itu, kulihat dia tengah berasyik masyuk di pinggir jalan, cekikikan sambil melihat sesuatu yang ada di tangannya. Bahkan saking asiknya, gerobak mie ayam itu ditinggalkannya begitu saja, seakan mengundang pemulung jail untuk mengangkutnya
Karena penasaran, diriku pun bertanya…
“Mas Jason…” (panggil saja demikian, karena dia sering dipanggil Son ama pelanggannya) “Son… mie ayamnya siji maning sooon…, sedang apa kok asik bener di pojokan?” tanyaku.
“Eh mas ganteng… (satu hal yang aku suka dari Jason adalah: Orangnya suka bicara Jujur!), ini mas, lagi update status!!…”
WADEZIG!!!
“Weehhh… njenengan fesbukan juga to??” tanyaku heran.
“Ya iyalah mas… hareee geneee ga fesbukan?!? Lagian kan lumayan juga buat menjaring pelanggan lewat fesbuk, kata pak Hermawan Kertajaya kan dalam berdagang kita harus selalu melakukan diferensiasi termasuk dalam hal pemasaran mas…”
GLEK!! Kalah gw! Gw yang sering naik Kereta ke jawa aja gak tau kalo ada yang namanya Hermawan Kereta Jaya.
“Emang mas statusnya apa?” tanyaku penasaran.
“Nih mas aku bacain: Promo Mie Ayam, beli dua gratis satu mangkok, beli tiga gratis nambah kuah, beli empat gratis timbang badan… takutnya anda obesitas… segera saya tunggu di gang Jengkol, depan tengkulak Beras Mpok Hepi. Mie Ayam Jason : Melayani dengan Hati… ampela, usus dan jeroan ayam lainnya…”
GUBRAK!!!
Dua kosong untuk mas Jason…
Gw yang udah lama fesbukan aja gak bisa bikin status se-atraktif dia.
Tapi ada yang aneh pas kulirik ke henpon yang dia pake, aku kira henponnya blekberi atau minimal nokia seri baru yang uda bisa pake internetan. Selidik punya selidik, ternyataa… henponnya lawas bin jadul… HP yang masih monokrom, suara belum poliponik, dan masih pake antena luar kayak radio AM.
“Mas, tapi kok bisa update fesbuk pake henpon sederhana gitu? (bahasa halusnya henpon lawas) Gimana caranya??”
“Owwh… gampang mas, saya tinggal nulis statusnya lewat SMS lalu kirim ke Tri?” jawab dia datar.
“Ohh… mas nya pake Kartu Three ya? Yang gratis internetan itu?”
“Bukaaaan mas, Tri itu lengkapnya Tri Ambarwati… Dia itu pacar saya, sama-sama dari Tegal, yang kerjaannya jagain Warnet 24 Jam! Jadi kalo butuh update, tinggal sms dia aja nanti dia yang gantiin status saya, lha wong dia tiap hari di depan komputer jagain warnet. Paling sebagai balesannya saya gratisin mie ayam seminggu sekali… murah to…”
Mendadak kepalaku pusing…
Bagaikan menderita dehidrasi akut sekaligus hipotermia tingkat tiga, aku limbung mendengar jawaban spektakuler dari mas Jason…
BRUK!!
“Lho mas… mas… jadi beli mie ayam ndak… kepriben iki?”
MAU UPDATE STATUS GRATIS?
PAKE TRI!
MAU???
Selasa, 23 Juni 2009
Saat mata singa berubah menjadi merah

Saat Mata Singa Berubah Menjadi Merah
Untuk waktu yang lama, orang-orang Tionghoa percaya dengan Dewa-Dewa dan menghormati Buddha-Buddha. Seperti cerita-cerita budi pekerti lainnya, cerita ini juga terjadi di masa lampau. Dikisahkan Bodhisattva Dizang turun ke dunia manusia, akan tetapi dia menemukan bahwa manusia sudah tidak percaya lagi dengan para Dewa dan Buddha.
Dengan belas kasih-Nya yang maha besar, dia memutuskan untuk mencari dan menyelamatkan orang-orang terakhir yang masih mempercayai Mereka. Bodhisattva Dizang menjelma diri-Nya menjadi seorang pengemis, berkeliling meminta makan dari satu rumah ke rumah lain di dusun itu. Tidak ada satu orang pun yang memberikan makanan pada-Nya dan juga tidak ada satu rumah pun mempunyai altar untuk sembahyang. Sewaktu sampai ke ujung desa, Dia melihat seorang perempuan tua sedang membakar hio di depan patung Buddha.
Dia pergi kesana dan mengemis makanan. Dengan malu-malu perempuan tua itu berkata, “Saya hanya sisa satu mangkuk nasi. Kamu boleh ambil setengahnya, karena saya harus menyimpan separuhnya lagi untuk dipersembahkan pada Buddha.”
Melihat kebaikan dan ketulusan hatinya kepada Buddha, Bodhisattva Dizang mengungkapkan padanya apa yang akan terjadi. Dia menunjuk pada sepasang patung singa di ujung desa dan berkata, “Ketika mata singa-singa itu berubah menjadi merah, itu meramalkan banjir besar akan segera datang. Kamu harus secepatnya lari ke atas puncak bukit. Saya dapat menjamin kamu akan selamat.” Setelah itu, Bodhisattva yang menjelma menjadi pengemis itupun pergi.
Perempuan tua yang baik hati itupun segera memberitahukan kata-kata pengemis itu kepada seluruh penghuni desa. Akan tetapi tidak seorangpun yang mempercayainya. Sebaliknya mereka malah mengejeknya. Mereka mengatakan bahwa dia sudah gila dan percaya takhayul: Bagaimana mungkin mata sepasang patung singa batu itu bisa berubah menjadi merah? Perempuan tua itu terus memohon pada penghuni-penghuni desa untuk mempercayainya, tapi mereka tetap tidak mau.
Perempuan tua itu terus mengingat ramalan pengemis itu dan dia setiap hari memeriksa mata sepasang patung singa. Suatu hari, beberapa penghuni desa yang nakal memutuskan untuk mempermainkannya, “Ayo, kita permainkan perempuan tua itu; ayo kita cat mata patung singa menjadi merah.”
Begitu melihat ternyata mata sepasang patung singa benar berubah menjadi merah, perempuan tua itu menjadi panik. Dia langsung lari ke desa dan berteriak memberitahukan mereka, “Cepat lari! Banjir besar akan segera datang!” Tapi tidak seorangpun yang mendengarkannya. Mereka terus menertawakannya sampai sakit perut.
Karena tidak bisa meyakinkan seorangpun, akhirnya perempuan tua itu seorang diri berlari ke atas puncak bukit. Begitu dia mencapai puncak, ketika dia melihat kembali, ternyata banjir besar benar-benar terjadi, terlihat seluruh desa sudah tenggelam ke dalam air.
Dia menangis dengan kesedihan yang amat sangat.
Rabu, 17 Juni 2009
Membunuh dengan Pedang Pinjaman

Selama periode Musim Semi dan Musim Gugur, terdapat 3 jenderal gagah berani di negeri Ci bernama Gong Sunjie, Tian Kaijiang dan Gu Zhizi.
Suatu hari, perdana menteri Yan Ying berjalan melewati tiga jenderal ini. Protokol istana meminta mereka membungkuk dan bersujud pada Yan Ying sebagai tanda hormat. Namun, ketiganya hanya duduk tanpa memperdulikan kehadiran Yan Ying. Yan Ying tidak berkata apapun. Tapi kemudian dia memberitahukan raja Ci dan menasehati.
“Ketiga jenderal ini telah menjadi sangat sombong karena mereka telah memenangkan banyak pertempuran. Hari ini mereka menunjukkan ketidak-patuhan pada saya. Tapi mana tau suatu saat, mereka akan menunjukkan ketidak-patuhan pada Paduka yang mulia. Saya pikir mereka harus disingkirkan secepatnya untuk menghindari masalah di kemudian hari”.
Kaisar Ci, Jing Gong sangat respek pada Yan Ying, jadi sangat menyetujuinya, lalu Kaisar bertanya, “Tetapi bagaimana caranya? Tak seorangpun mampu menandingi mereka. Siapapun tidak cukup tangguh untuk membunuh mereka”. Yan Ying menjawab, “Hamba telah memikirkan cara menghadapi mereka.”
Lalu dia memberitahu Kaisar Jing Gong tentang rencananya membunuh 3 jenderal itu dengan dua buah persik. Dua buah persik akan dihadiahkan kepada 2 orang yang paling berhak menerimanya”.
Ketiga jenderal pun berdebat sengit pada mulanya. Gong Sunjie yang pertama berkata, “Saya dapat menangkap sapi liar dan harimau hidup-hidup dengan tangan kosong. Jadi saya yang paling berhak mendapatkan hadiah ini.” Lantas dia mengambil satu buah persik.
Kemudian Tian Kaijiang berkata, “Saya dapat menaklukkan seluruh pasukan hanya dengan tombak saya.” Lantas dia juga mengambil sisa buah persik yang satunya.
Wajah Gu Zhizi berubah merah padam, dengan marah ia berkata, “Apakah saya lebih tidak layak dari pada kalian berdua?” Dia pun menarik pedangnya dan menantang kedua jenderal lainnya untuk berkelahi.
Tak disangka-sangka, mereka berdua meletakan kembali buah persik ke meja dan berkata, “Kehormatan lebih penting daripada berkelahi memperebutkan hadiah. Kami sungguh malu pada diri kami sendiri.”
Setelah berkata, Gong Sunjie dan Tian Kaijiang menggorok leher mereka sendiri dan meninggal. Melihat kejadian ini, Gu Zhizi juga membunuh dirinya dengan jalan yang sama. Beginilah, Yan Ying mampu melenyapkan 3 orang yang berpontesial mengancam negeri Ci tanpa harus mengangkat jari sekalipun.
Selasa, 16 Juni 2009
Sebuah Kisah Teladan untuk Hati nan Galau

Dikisahkan seorang Raja memiliki tujuh Putri, ketujuh Putri yang cantik ini adalah kebanggaan Raja, kesayangan beliau.
Semua orang tahu perihal rambut panjang mereka yang hitam berkilauan itu. Dan dikenal hingga seluruh pelosok negeri. Karena itu, Raja menghadiahkan kepada mereka masing-masing seratus jepit rambut yang indah. Karena mereka sangat memperhatikan penampilannya, terutama pada rambut mereka.
Suatu pagi, Putri sulung sang Raja bangun dari tidurnya, dan seperti biasa ia menata rambutnya dengan jepitan rambut. Namun ia mendapati jepitan rambutnya kurang satu, lalu secara diam-diam ia ke kamar Putri kedua Raja, dan mengambil satu jepitan rambut.
Begitu halnya dengan Putri kedua ketika mendapati jepitan rambutnya kurang satu, lalu ia ke kamar Putri ketiga untuk mengambil jepit rambutnya.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Putri ketiga, saat ia mendapati jepitan rambutnya kurang satu, lalu dengan diam-diam ia ke kamar Putri keempat.
Putri keempat juga melakukan hal yang sama dengan putri-putri sebelumnya mengambil jepitan rambut saudarinya, Putri kelima.
Demikian juga dengan Putri kelima, ia mengambil jepitan rambut Putri keenam dan Putri keenam terpaksa juga mengambil jepitan rambut Putri ketujuh.
Akibatnya, jepitan rambut Putri ketujuh hanya tersisa 99 buah. Dan dia tak bisa melakukan hal seperti kakaknya.
Keesokannya, pangeran dari negeri tetangga yang tampan dan gagah tiba-tiba berkunjung ke istana, dan katanya kepada sang Raja: “Kemarin, burung Murai (sejenis burung penyanyi) piaraan saya menggondol sebuah jepitan rambut, saya pikir ini pasti kepunyaan para putri, dan ini sepertinya suatu takdir (pertemuan) yang unik, tidak tahu putri mana yang kehilangan jepitan rambut ini?”
Para putri Raja telah mendengar hal ini, dan dalam benak mereka masing-masing hendak berkata : “Punya saya, punya saya.” Hanya Putri ketujuh yang ke luar sambil berkata: “Jepitan rambut saya hilang satu.” Baru saja selesai berkata, rambut panjangnya yang indah jatuh tergerai karena kurang sebuah jepitan rambut. Dan sang Pangeran tak bisa tidak menjadi terkesima melihatnya.
Akhir dari cerita, sudah pasti sang Pangeran dan Putri Raja tersebut hidup bahagia selamanya sejak itu.
Mengapa begitu ada kekurangan, lalu berusaha keras untuk melengkapinya?
Seratus buah jepitan rambut, bak seperti sebuah kehidupan yang utuh sempurna. Namun dengan berkurangnya satu jepitan rambut, keutuhan ini terasa menjadi tidak lengkap.
Namun, justru karena kekurangan itu, kelak akan ada perubahan (baik), kemungkinan yang tak terhingga, bukankah ini sebuah peristiwa yang patut disyukuri!
Lantas bagaimana menghadapi kekurangan dalam perjalanan hidup yang tak terhindarkan?
Menghindar belum tentu dapat mengelakkan. Menghadapi belum tentu menyedihkan,
seorang diri (kesepian) belum tentu tidak bahagia. Mendapatkan belum tentu bisa kekal abadi. Kehilangan belum tentu tidak akan memiliki lagi.
Jangan terburu-buru berkata tiada pilihan lain jangan mengira di dunia ini hanya ada benar dan salah.
Jawaban sejumlah besar peristiwa bukan hanya ada satu. Jadi, selamanya ada jalan keluar bagi kita. Anda bisa mendapatkan alasan untuk sedih, tapi Anda juga bisa mendapatkan alasan untuk gembira.
Orang yang tahu akan ketidak khawatiran mendapatkan kelegaan.
Orang yang tahu melupakan mendapatkan kebebasan.
Orang yang tahu mencurahkan perhatian mendapatkan teman.
Pertumbuhan seseorang diiringi dengan beberapa kehilangan.
Kematangan seseorang disertai dengan sejumlah luka.
Untung saja masih ada harapan ini, Anda akhirnya masih bisa menunggu.
Untung saja antar manusia, jarak menumbuhkan estetis (keindahan).
Untung saja dalam kehidupan, keceriaan lebih banyak dari derita.
Untung saja di dunia ini, masih banyak keindahan.
Untung saja saat Anda matang (dewasa), Anda tidak termasuk orang yang tidak memiliki apa-apa di dunia ini!