Tampilkan postingan dengan label Cergambar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cergambar. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 Juli 2009

Cinta, cinta, cinta dan cinta


Alkisah, di suatu pulau kecil tinggallah berbagai benda abstrak ada CINTA, kesedihan, kegembiraan, kekayaan, kecantikan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik. Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu.

Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. CINTA sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air semakin naik membasahi kakinya.

Tak lama CINTA melihat kekayaan sedang mengayuh perahu, “Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!,” teriak CINTA “Aduh! Maaf, CINTA!,” kata kekayaan “Aku tak dapat membawamu serta nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini.” Lalu kekayaan cepat-cepat pergi mengayuh perahunya. CINTA sedih sekali, namun kemudian dilihatnya kegembiraan lewat dengan perahunya. “Kegembiraan! Tolong aku!,” teriak CINTA. Namun kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak dapat mendengar teriakan CINTA. Air semakin tinggi membasahi CINTA sampai ke pinggang dan CINTA semakin panik.

Tak lama lewatlah kecantikan “Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!,” teriak CINTA “Wah, CINTA kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu pergi. Nanti kau mengotori perahuku yang indah ini,” sahut kecantikan. CINTA sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itulah lewat kesedihan “Oh kesedihan, bawlah aku bersamamu!,” kata CINTA. “Maaf CINTA. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja..,” kata kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. CINTA putus asa.

Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara “CINTA! Mari cepat naik ke perahuku!” CINTA menoleh ke arah suara itu dan cepat-cepat naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Di pulau terdekat, CINTA turun dan perahu itu langsung pergi lagi. Pada saat itu barulah CINTA sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa yang menolongnya. CINTA segera bertanya pada penduduk pulau itu. “Yang tadi adalah WAKTU,” kata penduduk itu “Tapi, mengapa ia menyelamatkan aku? Aku tidak mengenalinya. Bahkan teman-temanku yang mengenalku pun enggan menolong” tanya CINTA heran “Sebab HANYA WAKTULAH YANG TAHU BERAPA NILAI SESUNGGUHNYA DARI CINTA ITU”

Selasa, 21 Juli 2009

Memandang Api dari Seberang Pantai

Di masa negara-negara sedang berperang (Tiongkok kuno), terdapat seorang penasehat terkenal bernama Chen Zheng. Suatu hari, ketika Chen Zheng mengunjungi negara Qian, Kaisar Qian Huei mengambil kesempatan meminta nasehat pada Chen Zheng tentang apakah beliau harus campur tangan sebagai wasit dalam konflik antara negara Han dan Wei. Chen Zheng lalu bercerita pada Kaisar Qian Huei tentang kisah bagaimana Bian Zhuangzi membunuh harimau. Harimau ganas, galak.

Kisah ini tentang seorang pemuda bernama Bian Zhuangzi. Suatu hari dia melihat dua ekor harimau sedang bertarung memperebutkan seekor kerbau. Dia hendak menarik pedangnya membunuh harimau-harimau namun abdinya menghentikannya. Abdinya berkata, “Tunggulah sebentar, Tuanku. Lihat, dua ekor harimau sedang bertarung memperebutkan kerbau yang sama. Ini artinya akan ada pertarungan berdarah di antara keduanya yang tak akan terelakan. Tak diragukan bahwa yang kuat akan menang dan yang lemah akan mati. Tetapi yang kuat juga akhirnya akan terluka. Jadi mengapa tidak menunggu saja, dan anda hanya cukup membunuh sisa harimau yang terluka tersebut?”

Chen Zheng melanjutkan, “Sekarang Han dan Wei sedang bertarung satu sama lainnya seperti dua ekor harimau ini. Segera ataupun nantinya si lemah akan di taklukan oleh yang kuat. Kaisar yang mulia, mengapa tidak melakukan seperti apa yang Bian Zhuangzi perbuat, menunggu dan lihat hasilnya?. Seperti yang diprediksi Chen Zheng, Qian akhirnya mengumumkan sebagai pemenang terakhir dalam konfik antara Han dan Wei.

Umumnya perkataan ini mengandung makna tidak merespon ataupun mengambil tindakan apapun. Tetapi sebenarnya mengandung arti yang lebih dalam, yaitu membiarkan situasi yang menganggu musuh Anda berkembang sehingga Anda akan mendapat manfaat darinya. Dengan perkataan lain, tunggu dan lihat bagaimana kejadian tersebut akan bekerja sesuai perkembangan yang Anda harapkan hingga secara alamiah berakhir. Barang akan menjadi milik siapa yang dapat sabar menunggu hingga situasi berubah menjadi keberuntungan mereka.

Kamis, 16 Juli 2009

Cerpen Sang Penguasa

Seorang Sultan terkena penyakit parah, yang masih belum diketahui namanya. Beberapa dokter dari Jawa yang khusus didatangkan sepakat, bahwa untuk penyakit tersebut tidak ada obat selain empedu dari seseorang yang memiliki pertanda tertentu.

Sang Sultan memerintahkan untuk mencari orang yang dimaksud, dan akhirnya tanda-tanda yang disebutkan oleh para dokter dapat ditemukan pada anak kecil, putra seorang petani. Ayah dan ibunya dipanggil dan diberikan banyak hadiah hingga mereka puas. Hakim memberikan pertimbangannya, bahwa diperbolehkan untuk mengorbankan darah seorang bawahan demi mempertahankan nyawa Sultan.

Ketika tiba saatnya algojo menghabisi nyawanya, anak tersebut memalingkan wajah ke langit dan tertawa. “Bagaimana kamu dapat tertawa di saat demikian?”, Sultan yang menyaksikan bertanya. Anak tersebut menjawab: Mengasuh anak dengan kasih sayang adalah kewajiban ayah dan ibu; pertimbangan hukum ditujukan ke hakim, dan keadilan dituntut dari seorang penguasa; tetapi sekarang, demi harta duniawi, ayah dan ibu telah menyerahkan saya pada kematian, hal mana juga telah disetujui oleh hakim, sedangkan Sultan melihat keselamatan dirinya dalam kematian saya; selain kepada Tuhan saya sungguh tidak melihat lagi tempat untuk berpaling.

Hati Sultan sangat tersentuh, sehingga air matanya mengalir. Sultan berkata: Lebih baik saya mati, daripada menumpahkan darah orang yang tidak berdosa. Sultan mencium kepala dan mata anak tersebut, memeluknya erat-erat dan memberikan hadiah yang berlimpah serta membiarkan anak tersebut pergi. Diceritakan, Sultan tersebut pada minggu yang sama sehat kembali.Dan membiarkan mereka hidup bagaia seperti sedia kala lagi. Kasian nyawa seorang anak kecil dikorbankan.

Cerpen Samurai


Cerita pendek, Cerita cinta, Cerpen , Cerita misteri, Cerita bergambar, Cergambar

Cerpen Samurai

Seorang samurai bertubuh kekar dan tegap pada suatu hari mendatangi seorang pertapa bertubuh kecil dan kurus. "Hai petapa," katanya dengan nada suara yang terbiasa memberikan perintah, "Ajarkan saya tentang surga dan neraka!"

Si petapa mendongakkan kepalanya memandang samurai gagah di depannya and menjawabnya:, "Mengajarkanmu tentang surga dan neraka? Saya tidak dapat mengajarkan apapun juga kepadamu. Pergilah sekarang.”

Si samurai tampak marah. Mukanya merah padam menahan rasa marah yang tinggi. Ia cabut pedangnya dan mengangkat di atas kepalanya bersiap untuk menebas petapa itu dengan pedangnya.

"Itulah neraka," kata si petapa dengan nada yang tenang.

Si samurai terkejut. Ketenangan dan kepasrahan dari mahluk kecil itu; yang bersedia mempertaruhkan hidupnya, telah memberikan pelajaran mengenai neraka kepadanya! Ia perlahan menurunkan pedangnya. Ia merasakan rasa lega dan tiba-tiba merasa sangat tenang.

"Dan itulah surga," kembali si petapa berkata dengan tenang.