Senin, 13 Juli 2009

Cerpen Tempat Air Suci yang Angkuh

cergam, cerita anak, cerita cinta, cerita dongeng, cerita misteri, cerita pendek, cerpen, keindahan bali


Cerpen Tempat Air Suci yang Angkuh

Zaman dahulu kala, ada sebuah vas di surga. Dewi Kuwan Im menggunakan vas tersebut untuk menaruh air suci pengobat segala penyakit dan ranting daun. Vas itu telah bersama Dewi Kwan Im di surga selama ribuan tahun dan berpikir bahwa ia sangatlah berarti bagi Sang Dewi. Suatu hari, Dewi Kwan Im berkata kepadanya, "Kamu telah menjadi kotor dan tidak bisa lagi tinggal di sini. Kamu harus turun ke bawah sesuai tingkatanmu sekarang." Vas itu berkata dengan cemas, "Dewi Kwan Im, saya tidak kotor! Saya bersih dan berkilau seperti dulu saya diciptakan. Saya tidak tercemar ataupun tergores!" Dewi Kwan Im menjelaskan dengan sabar, "Ya, penampilan kamu masih secantik dahulu, tapi pikiran dan sifatmu sudah menjadi buruk. Kamu tidak lagi sesuai dengan kriteria di alam ini!' Vas itu mulai memohon, "Dewi Kwan Im, saya telah bersama Anda selama bertahun-tahun, bisakah Anda membuat pengecualian untuk saya?" Dewi Kwan Im tersenyum dan berkata, "Membandingkanmu dengan kamu yang dulu, sungguh berbeda jauh." Vas angkuh itu menjadi kecewa dan berkata, "Bila saya tidak lagi diterima disini, saya lebih baik turun ke dunia manusia dan mencari orang yang bisa menghargai saya." Kemudian ia turun ke dunia manusia.

Begitu ia turun ke dunia manusia, ia berada di suatu rumah mewah. Ia sangat senang dengan rumah barunya. Melihat sekeliling ruangan, vas itu dipajang dengan vas-vas antik lainnya dari berbagai dinasti Tiongkok kuno dalam sebuah lemari kaca. Vas itu kemudian berpikir, "Saya adalah vas khayangan dari surga, vas-vas lainnya disini tidak sebanding dengan saya!" Pada kenyataannya, sang pemilik juga memperlakukan vas tersebut dengan istimewa, dia membersihkan vas itu dengan cairan khusus yang membuatnya tambah kinclong setiap hari. Vas itu sangat senang diperlakukan demikian dan berpikir bahwa adalah suatu keputusan yang tepat untuk datang ke dunia manusia.

Suatu hari seorang gembel datang mengunjungi rumah tersebut. Namun anehnya pemilik rumah bersikap sopan kepadanya. Dia menjamu tamu tersebut dengan makan malam yang mewah. Vas itu dalam hati berkata, "Kenapa tuan saya menjamu orang miskin itu bagaikan orang terhormat?" Setelah mereka selesai makan malam, orang kaya itu menunjukkan vas itu dan berkata, "Tuan Zhang, lihatlah harta karun yang baru saja saya miliki ini, sangat berharga bukan?" Lalu ia berkata, "Sebagai tanda terima kasih karena Anda telah menyelamatkan saya dari bahaya tenggelam waktu itu, maka saya ingin memberikan vas ini kepada Anda. Tanpa pertolongan Anda, pasti saya sudah tewas." Lalu ia memberikan vas itu kepada tamunya itu.

Merasa heran dan takut, vas itu mulai marah kepada orang kaya tersebut dan mengutuk didalam hati: "Jadi saya tidak ada artinya bagi kamu selain hanya dijadikan sebagai hadiah bagi seorang gembel.” Vas itu mencium bau busuk ikan dari gembel tersebut, dan kepingin muntah kalau saja dia bisa. Meskipun gembel tersebut menolak hadiah itu, namun orang kaya itu memaksanya. Ia berkata, "Bila Anda menolak pemberian tulus saya ini, saya akan memecahkan vas mahal ini sekarang!" Tamu itu tidak punya pilihan lain selain mengambil vas tersebut dan kemudian pamit pulang.

Kini vas itu menjadi milik gembel tesebut, dibawa pulang ke sebuah gubuk kotor dengan bau amis ikan. Vas itu hampir tidak percaya kini ia harus hidup di gubuk seorang nelayan miskin. Begitu nelayan itu masuk kedalam rumah, ia berteriak kepada istrinya, "Sayang, saya membawa pulang sebuah vas, tolong isi dengan arak dan besok akan saya bawa saat mencari ikan." Lalu seorang wanita keluar dari dapur dan mengambil vas itu. Dipegang dalam genggaman tangan wanita itu yang kasar, vas itu merasa tidak nyaman. Kemudian, ia diisi dengan arak murahan. Vas itu merasa sakit hati. Dulu ia diisi oleh air suci Dewi Kwan Im, sekarang ia diisi oleh arak murahan di dunia manusia!

Setelah beberapa lama waktu, vas itu terlihat baret, berminyak dan kotor. Sekian lama tinggal di dunia manusia, ia terbiasa dengan bau arak murahan dan melihat orang-orang di dunia manusia ini suka meminumnya. Saat araknya habis, ia merasa sedih dan rindu aromanya. Pada suatu hari yang berangin kencang, nelayan itu membawanya lagi saat mencari ikan. Ombak besar menghantam perahu dan vas itu jatuh ke laut. Tutupnya lepas dan araknya tumpah keluar. Air laut yang asin dan kotor kini masuk kedalam vas tersebut, membuatnya merasa jijik.

Saat terombang-ambing di lautan beberapa lama, vas itu teringat kepada Dewi Kwan Im. Ia mulai menimpakan segala kemalangannya kepada Dewi Kwan Im, dan mulai membencinya. Setiap kali ia mulai timbul rasa benci, ombak menghantamkan tubuhnya ke batu karang, menyebabkan beberapa bagian vas itu pecah. Kemudian ia juga mulai berpikiran buruk kepada orang kaya pemilik rumah mewah dan juga sang nelayan, membenci semuanya, tubuhnya semakin hancur diterjang ombak dan batu karang, dan akhirnya tenggelam ke dasar laut dan perlahan-lahan terkubur oleh pasir pantai. Ia tak lagi dapat melihat cahaya, semuanya gelap dan tak ada suara. Seolah-olah bahkan waktu pun telah berhenti. Ia merasa takut dan tak berdaya. Ia ingin keluar dan bebas, namun tidak bisa.

Dikelilingi oleh kesunyian abadi dan ditutup oleh lapisan tebal pasir di dasar laut yang dalam, vas itu mulai merindukan hari-hari dimana ia duduk disamping Dewi Kwan Im di surga. Begitu ia rindunya pada suasana dahulu, ia mulai lagi timbul kebencian kepada Dewi Kwan Im, pemilik rumah mewah dan nelayan itu. Lama kelamaan ia merasa bahwa ia kehilangan akalnya, dan pada akhirnya ia benar-benar kehilangan kemampuannya untuk berpikir. Yang tersisa adalah keping-kepingan vas kotor yang terkubur di dasar laut dalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar