Dahulu kala, ada sebuah desa yang bernama “Desa bodoh”, kenapa desa ini dinamakan desa bodoh? Karena penduduk yang tinggal didesa ini sangat bodoh, karena terlalu bodoh untuk menghitung 1 + 1 = 2 saja mereka tidak bisa. Mereka selalu menjadi bahan tertawaan penduduk desa lain, sehingga penduduk desa bodoh menjadi minder tidak berani keluar dari desa mereka untuk bertemu dengan orang lain.
Tetapi di desa bodoh ini terdapat seorang yang sangat pintar bernama cendekiawan, dia bisa menjawab semua pertanyaan penduduk desa bodoh ini. Penduduk desa sangat menghargai cendekiawan, setiap ada masalah yang berhubungan dengan dunia luar penduduk desa selalu meminta pendapatnya. Tetapi dia sangat sombong dan sangat malas. Dia selalu memerintah penduduk desa bodoh mengerjakan pekerjaannya, makanan dan minumannya juga disediakan oleh penduduk desa bodoh ini. Tetapi penduduk desa bodoh ini sangat baik, mereka tidak menganggap cendekiawan memperalat mereka, mereka selalu berpikir “sungguh bahagia! Dapat membantu orang lain!”
Kenapa cendekiawan di desa bodoh ini bisa sangat pintar? Semua ini ada sebabnya, rupanya cendekiawan adalah seorang utusan dari penduduk “Desa Pintar” untuk mencari buku ajaib. Karena mereka mendapat kabar bahwa di desa bodoh terdapat sebuah buku ajaib. Didalam buku ini berisi sangat banyak pengetahuan, setiap orang yang membaca buku ini akan mendapat kepintaran yang tak terduga. Buku tersebut adalah peninggalan dewa pelindung desa bodoh untuk penduduk desa bodoh. Tetapi penduduk desa sangat bodoh sehingga mereka tidak mengetahui peninggalan ini. Sebuah buku yang begitu ajaib dibiarkan disana sungguh mubazir! Seharusnya buku ini diberikan kepada penduduk desa pintar. Dengan demikian dapat membuat buku ajaibnya menjadi lebih berharga! Sehingga mereka mengutus cendekiawan untuk datang ke desa bodoh mencari buku ajaib ini supaya dapat dibawa pulang ke desa pintar.
Tidak berapa lama setelah cendekiawan datang ke desa bodoh dia sudah mengetahui bagaimana mendapatkan buku ajaib tersebut. Rupanya cara menemukan buku ajaib ini sangat gampang yaitu pergi ke tepi danau dekat pengunungan, menghadap ke danau dan berteriak “Buku ajaib! Buku ajaib! Cepat keluar!” maka buku ajaib akan muncul kepermukaan danau. Dengan mencuri-curi setiap malam Cendekiawan datang ke tepi danau membaca buku ajaib ini. Sudah pasti dia tidak bermaksud membawa pulang buku ajaib ini ke desa pintar. Jika setiap orang didesa pintar sudah membaca buku ajaib ini, maka dia bukan merupakan seorang yang paling pintar lagi demikianlah dia berpikir. Sehingga dia membohongi orang didesa pintar bahwa dia tidak dapat menemukan buku ajaib. Sedangkan dirinya sendiri tinggal didesa bodoh tidak bermaksud pulang kembali ke desa pintar lagi.
Pada suatu malam, cendekiawan dengan mencuri-curi berjalan pergi ke tepi danau. Bersamaan, tetangganya Si Tolol keluar dari rumah hendak ke belakang, dia melihat cendekiawan malam-malam sendirian berjalan ke tepi danau, dan Si Tolol sangat khawatir dan berkata kepada dirinya sendiri, “Sudah tengah malam cendekiawan hendak pergi kemana? Bagaimana jika digigit ular? Tidak boleh kubiarkan cendekiawan sendiri berjalan ke tepi danau, sangat berbahaya. Saya akan mengikutinya.”
Si Tolol mengikuti dia terus sampai ditepi danau dekat pengunungan, dia tidak berani terlalu dekat dengan cendekiawan karena dia takut akan membuat cendekiawan terkejut. Sehingga dia hanya dibelakang cendekiawan mengikutinya dan dia bermaksud melindungi cendekiawan jika terjadi sesuatu. Setelah sampai di tepi danau dia mendengar cendekiawan berkata “Buku ajaib! Buku ajaib! Keluarlah!” diatas danau muncullah sebuah benda. Si Tolol berpikir cendekiawan tentu kelaparan, saya sendiri juga kelaparan sebentar lagi saya juga pergi meminta makanan. Rupanya Si Tolol sama sekali tidak mengerti apa itu buku ajaib. Dia berpikir didalam buku ajaib berisi makanan lezat. Cendekiawan sangat lama masih belum meninggalkan tempat ini, sehingga Si Tolol menunggu-nunggu sampai ketiduran.
Begitu Si Tolol terbangun, dia melihat cendekiawan telah meninggalkan tempat itu. Dan dia berkata, “sekarang giliran saya yang makan!” dan dia sambil berlutut ditepi danau dia berteriak “Buku ajaib! Buku ajaib! Keluarlah!” akhirnya muncullah sebuah benda yang berat dari dasar danau. Begitu Si Tolol membukanya dia melihat sebuah buku yang bersinar–sinar muncul dihadapannya. Si Tolol yang sama sekali tidak pernah berlajar membaca dapat membaca setiap huruf di buku ajaib ini. Setiap huruf dari buku ajaib ini langsung masuk kedalam otaknya, Si Tolol merasa sangat bahagia. Dia terus menerus membuka setiap lembar buku ajaib, dengan tiba-tiba dia merasa dia menjadi sangat pintar dan mengerti semua makna yang terdapat dibuku ajaib ini. Pikirannya menjadi jernih dan bersemangat, dia merasa buku ini sangat bagus dan ajaib, dia berpikir, “saya harus memberitahukan seluruh penduduk desa.” Begitu dia selesai membaca buku ini hari telah terang, dia lari pulang kedesa dan memberitahukan kepada seluruh penduduk desa untuk datang ke tepi danau membaca buku ajaib ini.
Cendekiawan sedang tidur mendengar suara ribut-ribut diluar, dalam hatinya dia memaki, “benar-benar sekumpulan manusia tolol berbuat hal yang tolol” lalu dia tidur kembali tanpa memperdulikan mereka.
Seluruh penduduk desa bodoh berkumpul ditepi danau, lalu Si Tolol berkata,“buku ajaib! Buku ajaib! Keluarlah!” didepan semua orang buku ajaib muncul. Begitu Si Tolol membuka buku tersebut secara ajaib huruf dibuku tersebut berubah menjadi besar sehingga seluruh penduduk dapat membaca dengan jelas, sambil membaca air mata mereka terus mengalir mereka berkata “rupanya begitu banyak hal yang kami tidak tahu ! rupanya buku ini mempunyai sebuah keajaiban yaitu orang yang hatinya tulus dan baik dapat mengetahui lebih banyak isi buku tersebut, sehingga setiap orang yang membaca buku ini mempunyai pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan kebaikan hatinya, makin baik hatinya dia akan mengetahui lebih banyak makna yang terkandung dalam buku tersebut, orang yang seperti cendekiawan yang egois hanya mengerti sedikit permukaan tanpa memahami makna sebenarnya yang terkandung dalam isi buku, hanya bisa menjadi sedikit lebih “pintar”, tanpa mendapatkan “kecerdasan” yang sebenarnya.
Penduduk desa kembali ke desa dengan hati yang puas, mereka tidak tamak, dan berjanji mereka bersama-sama setiap pagi akan datang ke tepi danau membaca buku ajaib. Lama kelamaan cendekiawan menyadari bahwa penduduk desa makin lama makin pintar, itu yang paling ditakutinya. Karena jika mereka semua berubah menjadi pintar dia sendiri sudah tidak berharga lagi di desa ini. Dengan hati geram dia lalu bertanya kepada Si Tolol, “kenapa penduduk desa sekarang tidak sama lagi?” rupanya selama ini dia tidak pernah bertanya suatu pertanyaanpun kepada orang lain, Si Tolol menjawab, “ini semua adalah berkat jasa kamu, sehingga penduduk desa menjadi pintar.” Lalu Si Tolol menceritakan asal mula penduduk desa menemukan buku ajaib, mendengar cerita Si Tolol muka cendekiawan langsung berubah menjadi pucat dalam hatinya berpikir, “kenapa bisa begitu? Kenapa bisa begitu?” Dia semakin menyadari sekarang penduduk desa sekarang sudah tidak memerlukan dia lagi, mereka dapat sendiri untuk berkomunikasi dengan penduduk desa lain.
Sudah pasti, cendekiawan tidak dapat menerima hal yang demikian, oleh karena itu timbul niat jahatnya. Pada malam hari dengam mencuri-curi dia pergi ketepi danau, setelah buku ajaib muncul dia memasukan buku ajaib didalam sebuah kalung, lalu dengan tergesa-gesa keluar dari desa bodoh. Begitu keluar dari desa bodoh dia berpikir, “sekarang penduduk desa bodoh sudah tidak memerlukan saya lagi, saya akan kembali ke desa pintar membawa buku ajaib supaya mereka bangga dengan saya.”
Setelah sampai di desa pintar, seluruh penduduk desa berebut untuk melihat buku ajaib, setelah keadaan agak tenang, cendekiawan lalu membuka buku ajaib. Tetapi begitu buku ajaib terbuka didalamnya kosong tidak ada huruf sama sekali, rupanya begitu buku ajaib keluar dari desa bodoh dia akan menjadi tidak berguna lagi. Seluruh penduduk desa pintar merasa dibohongi lalu mengusir cendekiawan dari desa pintar.
Cendekiawan dengan lesu memeluk buku ajaib dalam hati berkata, “buku ini sudah tidak berguna lagi bagi saya, sebaiknya saya kembalikan kepada penduduk desa bodoh!” Pada dasarnya cendekiawan mempunyai sebuah hati yang baik, tetapi karena pendidikan dan masa pertumbuhannya didesa pintar yang penduduknya bersifat egois dan licik sehingga merubah sifat dasarnya menjadi jelek. Sekarang dia rindu kepada penduduk desa bodoh yang baik hati, apakah mereka akan memaafkannya?
Begitu dia sampai di desa bodoh, penduduk desa dengan gembira menyambutnya, rupanya mereka sibuk mencari dia. Lalu cendekiawan memberitahukan kepada mereka dia telah mencuri buku ajaib, tetapi penduduk desa memaafkannya, mereka berkata cendekiawan dapat dengan selamat kembali ke desa, mereka sudah merasa gembira. Melihat kebaikan penduduk desa bodoh cendekiawan sampai terharu menetes air mata, dalam hati berjanji akan berbuat lebih banyak kebaikan untuk penduduk desa ini.
Setiap hari semua penduduk desa beramai-ramai datang ketepi danau membaca buku ajaib, lama kelamaan seluruh penduduk desa menjadi pintar semua sehingga nama desa bodoh tidak ada lagi dan muncul sebuah desa baru yang bernama “desa cerdas.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar