Selasa, 23 Juni 2009

Bunga Kecil Tumbuh Tegar

Cerita pendek, cerpen Bunga kecil tubuh tegar



Di pinggiran hutan tampak sekelompok bunga bermekaran indah sekali, mereka dengan riang memanggil para lebah dan kupu-kupu. “Hai lebah! disini ada bunga yang harum dan penuh madu!”, sahut salah satu bunga. Bunga yang lainnya juga tidak mau kalah, “Hai kupu kupu, cepatlah kemari! bungaku penuh madu yang manis dan lezat”. Bunga pertama tetap tidak mau mengalah, “Itu adalah Lebah bukan kupu kupu!”, dibalas temannya, “Bukan , itu adalah kupu kupu!”. Lebah ! Kupu kupu ! Lebah ! Kupu kupu !, kedua bunga itu berdebat. Bunga bunga yang lain tertawa melihat mereka. Ha ha ha ha ha. Suasananya sangat ceria.
Diam-diam, dibawah sebuah pohon besar, nampak sekuntum bunga kecil menatap dengan iri. Bunga-bunga lainnya mencoba mengajaknya, “Bunga kecil maukah ikut bermain dengan kami?”. Si bunga kecil dengan ketus menjawab, “Saya tidak mau ikut!”. Bunga-bunga lainnya heran,“Mengapa?”. Bunga kecil berkata, “Matahari bersinar terik, saya takut sinarnya akan membakar tubuhku”. “Janganlah takut, lama kelamaan akan terbiasa, matahari akan membuat kita tumbuh kuat dan semakin besar”, rayu bunga-bunga lainnya. Tetapi si bunga kecil tetap bersikeras, “Untuk apa saya menjadi kuat dan besar, bukankah sudah ada pohon besar yang selalu melindungi-ku?!”.
Tak berselang lama, ternyata hujan. Rintik-rintik air hujan membasahi para bunga. “Wah, turun hujan, turun hujan!”,terdengar teriakan bunga-bunga. “Waktu mandi telah tiba lagi!”, sahut bunga A. Mereka dengan riang bersenandung, “La la hu, la la hu, assyiikk sungguh enak dan nyaman!”. Bunga kecil melihat mereka sambil bergerutu, “Kalian semuanya basah kuyup, apanya yang asyik!”. Beberapa saat, sang pelangi pun muncul. “Hai kakak Pelangi apa kabar? ” sapa para bunga. “Kakak pelangi cantik sekali, berwarna warni!” puji bunga A.
“Di mana? Di mana kakak Pelangi?” si bunga kecil karena tertutup oleh pohon besar sehingga tidak bisa melihat pelangi, “ Ah sudahlah, kakak Pelangi pasti tidak akan bisa lebih cantik dariku”. Tiba-tiba bunga B berteriak, “Ssstttt, pelankan sedikit suaramu, ada manusia datang!” Dari kejauhan terlihat dua sosok manusia mendekati mereka, salah seorang membawa kapak besar sambil menunjuk, “Itu pohonnya, apa yang saya katakan tidak salah bukan?”. Temannya melihat, “Iya, betul! Itu pohon yang sangat besar, ayo kita tebang pohon itu”.
Terdengar suara hiruk piruk, “Celaka , celaka mereka mau menebang pohon besar ini!’’ Sang bunga kecil berteriak, “Hentikan , hentikan, pohon ini punyaku!” Melihat manusia terus menerus mengayunkan kapak ke tubuh pohon besar, bunga kecil sambil menangis sambil terus berteriak dan gemetar. Bunga A berkata, “Adik bunga, manusia tidak mengerti bahasa kita”.
Akhirnya pohon besar telah ditebang, dibawah rintik-rintik hujan, sang bunga kecil terkurai lemas. Para bunga merasa iba, “Adik bunga, ayo bangkitlah! jangan engkau merasa tak berdaya”. Bunga kecil hanya bisa merintih, “Tidak bisa, saya sudah tidak berdaya, saya hanya menunggu ajal”. Bunga A berkata, “Jangan berkata demikian, kami semua akan menemanimu”. Langit bertambah gelap, “Lihatlah ada segerombolan awan hitam, kita semua bersiap-siap, hujan lebat akan segera turun!”, bbrrr, hujan lebat turun disertai petir, tapi para bunga telah siap menghadapinya. Bunga kecil dengan suara lemas berkata, “Saya sungguh kagum, hujan dan badai pun kalian tidak takut.”. Bunga A menjawab, “Ini hal biasa, tidak akan mempersulit kami”. Suara bunga kecil makin melemah, “Maaf, saya mungkin tidak bisa setegar kalian, saya harus berpamitan dulu”. Bunga kecillll!
Ketika siuman, bunga kecil masih ditemani oleh teman-temannya. Bunga A berkata, “Bunga kecil, saya mendadak teringat pengalaman yang sama sepertimu” “Benarkah?”, suara bunga kecil masih terdengar lirih. “Iya, waktu itu tubuh kita semua kecil dan kurus, juga tidak tahu bagaimana bentuk hujan badai dan petir”. Bunga B melanjutkan, “Sehingga sewaktu hujan dan badai kami sangat menderita, tetapi kami selalu bersama dan saling memberi semangat”. Para bunga pun mengenang masa lalu, “Setiap kali badai berlalu, kami mengibaskan air hujan dan perlahan lahan meluruskan badan lalu menyapa paman matahari”. Dan Paman matahari berkata, “Bunga bunga yang tegar, kalian tampak semakin tinggi aja, ha ha ha ha…” “Segala rintangan malah membuat diri kami semakin tumbuh kuat dan sehat. Bunga kecil, kamu juga bisa seperti kami, bukankah pohon besar itu pun selalu menyemangatimu”, bunga A menyelesaikan ceritanya.
Bunga kecil terdiam, teringat akan ucapan sahabatnya si pohon besar, “Kamu harus berani dan tegar, jangan lupa bahwa pohon yang besar itupun berasal dari pohon kecil”. Pelan-pelan, bunga kecil berusaha bangun kembali,“Baiklah, saya sekarang akan bangkit dan menjadi tegar”.
Pagi yang cerah, para lebah dan kupu-kupu sedang bekerja. Para bunga pun berteriak, “Hai lebah! Disini ada bunga yang harum dan penuh madu!” Bunga yang lainnya juga tidak mau kalah, “Hai kupu kupu, cepatlah kemari! Bungaku penuh madu yang manis dan lezat”. “Itu adalah lebah bukan kupu kupu!”, dibalas temannya, “Bukan, itu adalah kupu kupu!” Si Bunga kecil ikut berteriak. Bunga kecil telah tumbuh besar dan kuat. Lebah ! Kupu kupu ! Lebah ! Kupu kupu !, Ha ha ha… Mereka semua tertawa bersama dibawah sinar hangat paman matahari.
Segala rintangan dan kesulitan yang adik-adik hadapi, akan mengembleng kalian semakin dewasa, kuat dan tabah. Yang penting jangan cepat menyerah. Ayo!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar