Minggu, 12 Juli 2009

Cerpen Sang Pengusa


cerpen, cerita pendek, cerita misteri, cergam, cerita bergambar, cerita cinta, cermis

Seorang Sultan terkena penyakit parah, yang masih belum diketahui namanya. Beberapa dokter dari Yunani yang khusus didatangkan sepakat, bahwa untuk penyakit tersebut tidak ada obat yang cocok, selain empedu dari seseorang yang memiliki pertanda tertentu.

Sang Sultan memerintahkan untuk mencari orang yang dimaksud, dan akhirnya tanda-tanda yang disebutkan ditemukan pada anak kecil, putra seorang petani. Ayah dan ibunya dipanggil dan diberikan banyak hadiah hingga merasa puas. Hakim memberikan pertimbangannya, bahwa diperbolehkan untuk mengorbankan darah seorang bawahan demi mempertahankan nyawa Sultan.

Ketika tiba saatnya algojo memenggal kepalanya, anak tersebut memalingkan wajah ke langit dan tertawa. “Bagaimana kamu dapat tertawa di saat demikian?”, Sultan yang menyaksikan bertanya. Anak tersebut menjawab, “Mengasuh anak dengan kasih sayang adalah kewajiban ayah dan ibu; pertimbangan hukum ditujukan ke hakim, dan keadilan dituntut dari seorang penguasa; tetapi sekarang, demi harta duniawi, ayah dan ibu telah menyerahkan saya pada kematian, hal mana juga telah disetujui oleh hakim, sedangkan Sultan melihat keselamatan dirinya dalam kematian saya; selain kepada Tuhan saya sungguh tidak melihat lagi tempat untuk berpaling.”

Hati Sultan sangat tersentuh, sehingga air matanya mengalir. Sultan berkata, “Lebih baik saya mati, daripada menumpahkan darah anak yang tidak berdosa.” Sultan mencium kepala dan mata anak tersebut, memeluknya erat-erat dan memberikan hadiah yang berlimpah serta membiarkan anak tersebut pulang. Di luar dugaan, pada minggu itu juga Sultan sembuh dari penyakitnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar